Partisipasi Indonesia dalam The Nordic World of Coffee di Gothenburg, Swedia pada 16-18 Juni 2015 berhasil menembus pasar Eropa. Indonesia berhasil menunjukkan kekayaan cita rasa kopi premium spesial Indonesia dengan menyuguhkan 9 jenis kopi arabika indikasi geografis (IG) kepada buyers dan visitors serta mendisplai 45 jenis kopi spesial premiun hasil beauty contest kopi dari seluruh wilayah Indonesia.
Selama pameran berlangsung, pengunjung memadati paviliun Indonesia melakukan uji cita rasa (cupping) kopi spesial Indonesia dengan latar belakang peta Indonesia.
Menurut Iqnacio Kristanyo Hardojo, Kepala Perwakilan KBRI Brussel Promosi Kopi Spesial Indonesia gencar dilakukan oleh KBRI Brussel ini dijadikan momentum memperkenalkan Indonesia sebagai penghasil kopi dengan keragaman yang terbesar di dunia.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Kepala Perwakilan KBRI Brussel bahwa paviliun Indonesia yang bertema Remarkable Indonesia – Home of World\'s Finest Coffee juga menampilkan atraksi budaya tradisional Indonesia berupa Rindik (musik bambu) Bali, pemakaian pakaian adat tradisional nusantara serta penyajian teh beraroma kopi (kahwa) dari daun kopi asal Sumatera Barat.
Penyajian kahwa daun ini sangat unik dan menarik karena satu-satunya peserta pameran yang mengaitkan kopi dengan unsur budaya lokal. Walaupun baru tahap pengenalan, kahwa daun berhasil membukukan kontrak on spot antara 2 buyers dengan Syafudin, Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI). Dalam kontrak disepakati ekspor 2 (dua) kontainer kahwa daun dengan nilai Rp 800 juta, masing-masing 1 kontainer ke Norwegia dan Afrika Selatan.!break!
Di samping itu, dilakukan pula penandatanganan kontrak pembelian kopi arabika gayo antara CV Gayo Mandiri Coffee dengan perusahaan Jerman, List & Beisler Gmbh sebanyak 54 ton dengan nilai 261 ribu dollar AS. Kemudian antara CV. Gayo Mandiri Coffee dengan perusahaan Amerika Serikat, Royal Coffee Inc sebanyak 36 ton dengan nilai 198 ribu dollar AS.
"Tidak saja Gayo yang laku dicari buyers, tapi juga kopi spesial yang lain di antaranya kopi dari Kintamani, Prianger, Bajawa, Toraja, dan lain-lain. Namun dengan kehadiran pelaku usaha kopi Gayo di Paviliun Indonesia memungkinkan terjadinya kontrak langsung dengan para buyers," katanya.
Sementara untuk potensial buyers kopi spesial Indonesia lainnya, lanjut Syafudin, karena pelaku usahanya tidak hadir penjelasan mengenai kopi diberikan oleh Ketua AKSI dan selanjutnya diberikan katalog profil perusahaan untuk melakukan kontak secara langsung.
Pelaku bisnis kopi dari seluruh penjuru dunia mengunjungi World of Coffee Expo ini. Jumlah pengunjung selama penyelenggaraan Expo, menurut panitia penyelenggara diperkirakan mencapai 5.000 pengunjung, dan tidak kurang dari 1.000 orang di antaranya telah mengunjungi paviliun Indonesia.
Terdapat 9 negara yang turut berpartisipasi dalam pameran ini, yaitu Brazil, Burundi, El Salvador, Honduras, Kosta Rika, Nikaragua, Panama, Republik Dominika dan Uganda, di samping negara-negara Afrika yang terhimpun dalam African Fine Coffee Association. Dari pelaku usaha kopi terdapat 202 perusahaan termasuk roaster, perusahaan industri mesin, peralatan dan pengolahan kopi kemasan serta sirup pemerkaya rasa kopi cappuccino dan latte.
Putu Juli Ardika, Atase Perindustrian KBRI Brussel, dalam siara persnya kepada KompasTravel, Kamis (25/6/2015) lalu menyebutkan, pada event kopi dunia ini pula diselenggarakan lomba tingkat dunia dan Indonesia turut serta untuk World Cup Tasters Championship dan World Latte Art Championship. Iwan Setyawan, World Latte Art Indonesia berhasil membukukan prestasi sebagai World Latte Art Championship tingkat 13 dunia.
Dalam menjaga momentum dan keberlanjutan, Kepala Perwakilan KBRI melakukan penandatanganan MoU untuk promosi kopi spessial Indonesia di UE dengan David Veal (Executive Director SCAE) yang disaksikan oleh Faiz Achmad (Direktur Industri Minuman dan Tembakau, Kemenenterian Perindustrian) dan AKSI serta memutuskan akan berpartisipasi kembali pada kegiatan World of Coffee tahun 2016 di Dublin, Irlandia.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR