Sebelum hari Tuberkulosis (TB) Dunia (24 Maret), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan aksi global kolektif, dan menggelontorkan lebih banyak dana untuk mendukung strategi pengendalian TB. Hal ini dilakukan untuk mengakhiri bencana ini pada tahun 2030.
(Baca : Kelaparan Versus Obesitas, Masalah Ganda Masyarakat Amerika Latin)
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan tuberkulosis akan berakhir pada tahun 2030. Target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ini akan menjadi tantangan, tetapi hal itu dapat dilakukan. Tercatat kehidupan 43 juta rakyat telah diselamatkan sejak tahun 2000 dari TB.
WHO mengatakan negara-negara dapat menyelamatkan nyawa 1,5 juta orang yang terus meninggal karena TBC setiap tahun, dengan memperkuat program TB dan mengadopsi alat baru.
Direktur WHO untuk Program TB global, Mario Raviglione, mengatakan 30 negara dengan beban TBC tertinggi menerapkan strategi TBC baru, dengan beberapa keberhasilan. Satu negara tersebut adalah India, rumah bagi banyak orang penderita TB dan TB-MDR dari negara lain di dunia.Ia mengatakan bahwa India membuat kemajuan dalam menyediakan akses universal untuk perawatan TB pada pasien.
Afrika Selatan adalah negara lain yang telah diperluas akses untuk tes molekuler cepat TB dan TB yang resistan terhadap obat. (Baca pula : Merayakan Setahun di Nigeria tanpa Polio)
WHO mengatakan bahwa Thailand, Rusia, Brazil, dan Vietnam telah menjalankan program pengendalian TB dengan sukses. Kelompok kesehatan multinasional (UNITAID) bekerja sama dengan WHO, kedua lembaga berinvestasi dalam pendekatan yang efektif untuk mengakhiri TBC.
Setiap tahun, diperkirakan satu juta anak menderita TBC, 140.000 diantaranya telah meninggal. Pemimpin tim UNITAID, Janet Ginnard mengatakan obat-obatan yang cocok untuk anak-anak di dosis yang tepat dan formulasi saat ini sudah tersedia.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR