Nationalgeographic.co.id - Pecahnya lapisan es paling tua dan tebal di Arktika terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah. Bukan hanya sekali, tapi dua kali di tahun ini.
Patahan es tersebut telah membuka perairan di sebelah utara Greenland yang biasanya beku (bahkan di musim panas).
Peristiwa itu terjadi sebagai hasil dari gelombang panas yang didorong perubahan iklim dan sapuan angin hangat di belahan Bumi utara tahun ini. Salah satu konsekuensi jangka pendeknya adalah mengancam keberlangsungan hidup anjing laut dan beruang kutub.
Baca juga: Kisah Singa Laut yang Menjadi Korban Penembakan Para Nelayan
Citra satelit dari NASA Worldview menunjukkan bagaimana es yang kini rapuh dan mudah bergerak, mundur kembali dari pantai utara Greenland dan tertiup angin awal Agustus. Mengekspos petak laut yang sebelumnya tertutup rapat.
“Fakta bahwa lapisan es menjadi lebih gesit menunjukkan bahwa ia semakin menipis dari sebelumnya,” ujar Peter Wadhams, ahli fisika sekaligus direktur Polar Ocean Physics Group di Cambridge University.
“Di masa lalu, banyak es multi tahun yang tebal di Arktika, tapi itu semakin menyusut dan menipis. Satu-satunya zona di mana es multi tahun berhasil bertahan adalah di Greenland. Namun, seperti yang kita lihat, lapisannya mulai terbuka dan bergerak menjauh,” paparnya.
Greenland diyakini para ilmuwan sebagai wilayah di mana es laut abadi akan tetap hidup. Namun setelah melihat es-esnya kini mulai terpecah, mereka mungkin harus mempertimbangkan kembali bagian mana di Kutub Utara yang mampu bertahan dari perubahan iklim.
Baca juga: Suhu Panas di Bumi Akan Melebihi Batas Normal Empat Tahun Mendatang
Wadhams mengatakan, kondisi ini bisa membahayakan populasi beruang kutub, sebab tebing curam di pantai utara Greenland merupakan tempat berlindung hewan-hewan ini.
“Mereka menggali lubang salju dan pergi saat musim semi untuk berburu. Namun, jika bongkahan es semakin menjauh, beruang kutub akan kehilangan area berburu,” kata Wadhams.
Populasi lain yang mungkin terpengaruh meliputi anjing laut dan orang-orang lokal yang menggunakan area tersebut untuk memancing.
Selain itu, ada dampak jangka panjangnya juga. Meskipun, es-es ini kemungkinan membeku kembali di musim dingin, namun prosesnya akan lebih lama.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR