Nationalgeographic.co.id - Menurut sebuah studi terbaru, erupsi gunung berapi di Indonesia yang mengarahkan pada kondisi basah dan berlumpur, berkontribusi pada kekalahan Napoleon Bonaparte di Pertempuran Waterloo.
Dua bulan sebelum pertempuran yang mengubah sejarah Eropa tersebut, gunung Tambora meletus. Menewaskan 100 ribu orang dan melontarkan gumpalan abu raksasa hingga 62 mil ke atmosfer.
Baca juga: Bagaimana Cara Belanda Menanggapi Sejarah Kemerdekaan Indonesia?
Para peneliti dari Imperial College mengatakan, abu tersebut “memutuskan aliran listrik” ionosfer, lapisan teratas di atmosfer yang bertanggung jawab dalam membentuk awan.
Itu memberikan “denyut nadi” pada pembentukan awan yang akhirnya membawa hujan lebat di sepanjang Eropa dan berperan pada kekalahan Prancis.
Matthew Genge, pemimpin penelitian, mengatakan: “Sebelumnya, ahli geologi berpikir bahwa abu vulkanik terjebak di atmosfer bagian bawah karena ia naik dengan ringan. Penelitian saya, bagaimana pun juga, menunjukkan bahwa abu bisa mengarah ke atmosfer atas karena kekuatan listrik.”
Rangkaian eksperimen dan simulasi komputer menunjukkan bahwa partikel vulkanik bermuatan listrik berukuran lebih kecil dari 0,2 juta meter di diameternya, dapat terdorong ke ionosfer selama erupsi besar.
Di sana, mereka akan mengganggu aliran listrik di ionosfer dan membentuk awan hujan yang tidak biasa.
Baca juga: Gelombang Panas 1911 yang Mematikan dan Membuat Gila Banyak Orang
“Victor Hugo dalam novelnya Les Miserables, mengatakan ini tentang Pertempuran Waterloo: ‘langit mendung yang tidak sesuai waktunya cukup untuk membawa keruntuhan pada dunia’,” papar Genge.
“Saat ini, kami selangkah lebih dekat untuk memahami peran Tambora pada pertempuran yang terjadi di belahan bumi lain yang jauh dari lokasi erupsi,” pungkasnya.
Gangguan yang sama di ionosfer juga terjadi saat erupsi gunung Pinatubo di Filipina pada 1991.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR