Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, mengungkapkan bahwa pergantian dua periode dari dingin menuju kering menjadi pemicu punahnya spesies Neanderthal.
Perkiraan waktu hilangnya Neanderthal sekitar 40.000 tahun yang lalu, ternyata terjadi bersamaan dengan mulainya periode dingin. Tidak hanya itu, menghilangnya Neanderthal juga diikuti oleh peristiwa munculnya spesies Homo Sapiens yang hanya berjarak beberapa ribu tahun. Namun, peneliti masih belum dapat memastikan apakah periode dingin tersebut mengakibatkan Neanderthal mati atau hanya berpindah tempat.
Baca Juga: Squirmy Mealworms, Cacing yang Mampu Melahap Plastik dan Styrofoam
Perdebatan kemudian muncul dari kalangan ilmuwan. Sebagian peneliti meyakini bahwa perubahan iklim berperan jauh dalam kepunahan Neanderthal. Namun, sebagian lainnya meyakini bahwa penyakit epidemi hingga pendatang baru adalah faktor yang berperan dalam hal ini.
Sejalan dengan perdebatan ini, Michael Staubwasser dari University of Cologne di Jerman, melakukan penelitian dengan memanfaatkan data iklim, arkeologi, dan ekologi yang ada, serta menambahkan indikator baru berupa iklim purba dari studi dua gua di Rumania.
Penelitian tersebut menyoroti dua periode, yaitu dingin dan kering. Periode pertama dimulai sekitar 44.000 tahun yang lalu dan berlangsung sekitar 1.000 tahun. Sedangkan periode kedua mulai sekitar 40.800 tahun yang lalu dan berlangsung enam abad. Kejadian tersebut sesuai dengan periode ketika artefak dari Neanderthal menghilang dan tanda-tanda Homo Sapiens muncul di situs-situs dalam lembah Sungai Danube dan di Prancis.
Pergeseran iklim tersebut berdampak pada hutan yang tergantikan dengan padang rumput. Homo Sapiens, sebagai pendatang baru diketahui lebih mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru itu daripada Neanderthal.
Baca Juga: Penyelam Temukan Cumi-cumi Raksasa yang Lebih Besar Dari Tubuh Manusia
Menanggapi penelitian tersebut, Katerina Harvati, ilmuwan dari Universitas Tuebingen di Jerman mengatakan penelitian tersebut sangat membantu untuk mengetahui data iklim baru dari Eropa tenggara. Wilayah yang menjadi area persebaran Homo Sapiens.
Namun, Harvati masih meragukan tentang Neanderthal yang menghilang dan Homo Sapiens muncul pada masa yang ditunjukkan oleh para peneliti. Menurutnya, bukti yang ditunjukkan pada penelitian tersebut masih terbatas dan terbuka untuk diperdebatkan.
Sedangkan Chris Stringer dari Natural History Museum di London mengatakan bahwa penelitian tersebut menampilkan kasus yang bagus untuk dampak perubahan iklim pada Neanderthal. Meski begitu, menurutnya masih banyak lagi faktor yang berperan dalam hilangnya Neanderthal.
Source | : | phys.org |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR