Nationalgeographic.grid.id—Kehidupan feodal di Jawa acap kali menyajikan kisah yang tak biasa. Kali ini saya menggubah kisah tragis yang terjadi dalam lembayung sejarah Mataram di masa rezim Amangkurat III berkuasa.
Tragis. Kisah ini menjadi tragis ketika saya mengetahui bahwa hukum gantung tidak dijatuhkan pada pembunuh, melainkan kepada dua insan yang merajut cinta terlarang meski belum terang kebenarannya.
Kisahnya bermula saat jabatan Adipati Anom dipegang oleh satu-satunya anak dari Amangkurat II bernama Raden Sutikna yang kemudian bergelar Susuhunan Amangkurat III.
Histori ini selain dikisahkan dalam Babad Tanah Jawi, juga dituliskan dalam skripsi karya Anang Ma'ruf berjudul Kunci Keberhasilan Pangeran Puger dalam Perebutan Tahta Terhadap Amangkurat III dan Dampaknya Bagi Kerajaan Mataram Islam (1704-1757), terbit pada 2022.
"Ketika telah menduduki jabatan pewaris tahta, pada tahun 1698, ia dijodohkan oleh ayahnya, dan menikah dengan sepupunya sendiri yaitu putri dari Pangeran Puger yang bernama Raden Ayu Lembah," imbuh Anang.
Perjodohan itu bukan tanpa maksud. Di balik niatan perjodohan itu jadi satu upaya Amangkurat II untuk memperbaiki hubungannya dengan Pangeran Puger yang pernah menjadi saingannya dulu.
Raden Ayu Lembah, sang putri dari Pangeran Puger sejatinya tak benar-benar setuju dengan perjodohan ini. Bahkan, dirinya diketahui tak menyukai watak Raden Sutikna yang mudah marah, cemburu, iri, dan sombong.
Namun, kehidupan feodal nyatanya tak bisa memihak pada pilihan hati Raden Ayu Lembah. Siapalah wanita yang bisa meluluskan dirinya dari jerat perjodohan dari kehidupan priyayi dalam keraton?
Hari pernikahan itu datang juga, kian lama hari pernikahan semakin dekat. Raden Ayu Lembah tiada upaya liyan selain berpasrah pada kehendak ayah dan calon mertuanya yang merupakan raja agung Mataram.
Ia pun menikah dengan laki yang tak pernah dicintainya pada tahun 1698.
Barangkali hari-hari pertama di awal pernikahannya adalah usaha-usaha hati Raden Ayu Lembah untuk menerima takdirnya, menjadi permasiuri seorang Adipati Anom yang temperamen dan besar omongnya.
Baca Juga: Singkap Jalinan Hubungan Amangkurat I dan Kompeni di Japara 1663
Source | : | Digital Library UIN Surabaya,Babad Tanah Jawi |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR