Nationalgeographic.co.id - Ratusan keping koin Cina kuno dalam guci tembikar tersingkap di pesisir Lasem. Inilah salah satu tengara yang menunjukkan Lasem sebagai kota ramai pada masa klasik Nusantara.
Jelang tengah hari nan terik di Lasem, 27 September 2018. Seorang pemuda Desa Dasun, bernama Mochamad Herman Sholihin menemukan ratusan keping koin Cina kuno di area belakang rumah tetangganya. Orang-orang kerap menyebutnya sebagai uang kepeng.
Ketika itu ia mencangkul dan mengumpulkan pasir untuk campuran semen dan pondasi rumahnya. Pemuda yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan bubu ini mengatakan bahwa ia tidak menyangka mendapati guci tembikar yang berisi keping-keping koin bulat dengan bujur sangkar di tengahnya. Ia pun tak mengetahui jenis temuan itu. Sayangnya, cangkulnya secara tak sengaja menumbuk permukaan guci tembikar, yang menyebabkan wadah itu hancur berkeping-keping.
Baca Juga : Tato di Tubuh Ötzi Si Manusia Es Ternyata Berasal dari Akupuntur
“Saya baru pulang melaut langsung bekerja mengambil pasir. Karena tanahnya keras, saya mencangkul sekuatnya, ya kemudian pecah, uang kunonya berantakan,”ujar Solihin.
Ia pun menambahkan cerita kronologis penemuannya kepada saya. Saya memang datang terburu-buru begitu menyaksikan foto-foto penemuan koin yang saya dapatkan dari Sekretaris Desa Dasun, Exsan Ali Setyonugroho.
Saya mendapati koin tersebut ditempatkan dalam sebuah ember plastik tilas kemasan cat tembok. Tembikarnya telah pecah, namun tampak seperti tembikar sederhana. Warna kecokelatan, tidak ada corak di permukaannya.
Koin-koin itu telah tertimbun dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup lama. Warnanya pun menjelma kehijauan—menandakan bahwa logam itu berbahan dasar tembaga, perunggu, dan timah yang telah mengalami proses pengaratan sehingga berubah menjadi kehijauan. Saya bersama Kepala Desa Dasun, Sujarwo, memilah dan memilih koin-koin yang telah rusak dan tak jarang banyak yang menempel satu sama lain. Sekitar 60 buah koin berhasil diidentifikasi sebagai koin-koin yang dibuat pada era Dinasti Song Utara (960–1127), Dinasti Yuan (1271-1368) dan Dinasti Ming (1368–1644).
Berikut data koin yang berhasil saya baca:
Usai memisahkan dan memilah keping-keping kepeng Cina, saya menyimak pendapat yang disampaikan oleh Sujarwo. “Uang Cina kuno itu bukti sejarah kedatangan orang Cina di Lasem dan bukti bahwa daerah Dasun ini sudah disinggahi banyak orang asing pada masa silam,” ujarnya. Exsan yang berada di sampingnya menambahkan, “Koin ini tidak boleh keluar dari Dasun, ini sejarah desa.”
Solihin tersenyum ketika saya menitipkan pesan kepadanya, “Jagalah koin ini.” Lepas sore, ia dan ayahnya kembali melanjutkan pekerjaan membangun rumah mereka.
Ini bukan penemuan koin Cina kali pertama di Lasem. Salah satu temuan koin tertua adalah koin Wu Zhu yang ditemukan di Desa Kaliori, Rembang. Koin itu diduga diproduksi tahun 118 SM hingga 618 M. Selain koin Cina, ada juga penemuan koin-koin zaman VOC yang diproduksi pada 1602–1799.
Baca Juga : Teknologi Semakin Berkembang, Generasi Z Pilih YouTube Untuk Belajar
Temuan-temuan koin Cina di Kabupaten Rembang seolah memberikan gambaran bahwa pada masa abad ke-1 sampai dengan abad ke-19, Lasem menjadi tempat transaksi ekonomi. Mungkin saja pada masa jalur rempah yang berkelindan dengan jalur sutera. Lasem memang sudah menjadi kota persinggahan para bangsa pedagang rempah dunia. Saya pikir, keberadaan koin-koin tersebut belum cukup menggambarkan bagaimana bentuk kehidupan di Lasem pada masa silam. Kita masih memerlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bukti-bukti lainnya.
Agni Malagina, pengamat budaya Pecinan Nusantara
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR