Sekolah Inklusi Pra SMP: Jalan untuk Melek Aksara bagi Para Tuli-Bisu di Desa Bengkala

By National Geographic Indonesia, Senin, 26 November 2018 | 12:04 WIB
Kegiatan belajar di kelas dengan bahasa isyarat. (Kurniawan Mas'ud)

Sekolah Inklusi Pra SMP diperlukan karena banyak dari anak-anak yang sudah lebih dahulu tamat SD sejak waktu yang lama, sekitar 1-3 tahun lalu. Mereka harus mengikuti Pra SMP selama tiga bulan supaya bisa di-upgrade dan tidak ketinggalan dari teman-teman lulusan SD yang baru saja tamat. Di pertengahan Oktober ini, rencananya, mereka akan dites secara inklusi. Kalau lolos, mereka bisa didaftarkan ke SMP Inklusi.

Keberlangsungan program edukasi KEM Kolok Bengkala ini sehari-harinya dapat berjalan berkat bantuan Ketut Kanta selaku guru dan pembina program, serta para tutor dari Universitas Pendidikan Ganesha. Di sela jadwal kuliah yang padat, para tutor ini secara sukarela mengajar masyarakat kolok, baik itu dalam keaksaraan dasar maupun keaksaraan fungsional yang kegiatan belajarnya bertempat di antara KEM atau ruang kelas SDN 2 Bengkala.

Ketut Kanta. (Kurniawan Mas'ud)

Kami sempat bertemu dengan kelima tutor di SDN 2 Bengkala pada sore hari. Pada pagi hari, sekolah ini berfungsi sebagai SD Inklusi. Ketika sore sekitar pukul 16.00-18.00 hari Senin-Kamis, ada program Sekolah Inklusi Pra SMP yang dilakukan di sini. Sore itu, ada empat anak kolok yang masuk sekolah. Mereka belajar tentang rambu-rambu lalu lintas. Sepanjang kegiatan belajar, bahasa isyarat menjadi bahasa pengantar untuk menjelaskan pelajaran. Terlihat betapa antusias mereka mencatat semua pelajaran di buku yang mereka bawa. Sesekali, mereka bahkan berani maju ke depan kelas untuk mencoba menulis di papan tulis.

“Pak Karyasa sudah memberi instruksi sebelum kami terjun langsung ke Desa Bengkala, bahwa kami akan mengajar orang kolok. Jadi, hal pertama yang kami persiapkan adalah belajar bahasa isyarat. Waktu itu, belajarnya Bisindo di YouTube. Minimal tahu alphabet. Tapi waktu awal-awal, kami sempat shock juga. Ternyata tidak semudah itu. Untung ada Pak Kanta yang intens membantu,” ucap Kadek Daivi Wahyuni dan Ni Putu Riska Novelia yang sudah dua tahun menjadi tutor di Desa Bengkala. Mereka diajak oleh I Wayan Karyasa, yang kebetulan adalah dosen mereka di kampus Undiksha.

Baca Juga : Kisah Pekerja Perempuan Menyusui dan Kebutuhan Laktasi Sebagai Hak

Tahun lalu, program aksara kolok kelih sudah dilakukan dengan peserta adalah orang-orang kolok dewasa (kelih artinya dewasa) produktif yang belum pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Mereka belajar keaksaraan dasar. Hasilnya, kini ada sekitar 8-10 orang yang aktif di KEM sudah bisa calistung. Sementara, program yang kini sedang berjalan adalah keaksaraan fungsional untuk kolok kecil atau anak-anak.

“Aksara dasar pengetahuannya setara dengan SD kelas 1-3 SD, sementara aksara fungsional itu grade-nya setara dengan kelas 4-6 SD,” tambah I Wayan Karyasa.

(Kurniawan Mas'ud)

Dalam keaksaraan fungsional, ada lima mata pelajaran yang sudah dimulai sejak tahun lalu. Ialah belajar mejejahitan (canang, sesajen), memasak, belajar batik lukis, membuat keripik, dan menyulam. Yang belum terlaksana adalah membuat dupa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta program menjadi objek pendidikan. Selayaknya sembari menyelam minum air, mereka bisa belajar ilmu berhitung atau ilmu alam sekaligus melatih life skill yang bisa digunakan di kehidupan nyata.

Para tutor sekali lagi berperan penting untuk membantu berjalannya program aksara fungsional di KEM Kolok Bengkala. Seperti hari itu, Pak Karyasa, Daivi, Riska, Ayudia, Ari, dan Verosi mengajarkan anak-anak kolok untuk mewarnai batik. Hari itu, lewat batik lukis, mereka belajar tentang warna-warna, bunga-bunga yang menjadi motif batik, dan angka-angka dari panjang-lebar kain.

Baca Juga : Sering Menahan Kencing? Ini yang Akan Terjadi Pada Tubuh Anda

“Wah, mereka harus bisa semuanya. Kegiatan ini sangat tertumpu pada pengajar. Nantinya mereka, kan, ingin jadi guru. Ini media kami untuk mendidik guru yang baik. Biarpun mereka orang Kimia (Pendidikan Kimia), penting buat mereka untuk bisa belajar tentang sosial dan peka terhadap persoalan hidup, seperti yang ada di Desa Bengkala ini,” kata Pak Karyasa sembari mengamati anak-anak mewarnai.

Program edukasi Sekolah Inklusi Pra SMP ini memang belum berjalan lama, tetapi Pak Kanta sebagai pendamping masyarakat kolok, merasakan perubahan positif yang sudah terjadi secara bertahap. Masyarakat kolok kini lebih berani untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Mereka pun pelan-pelan melek aksara dan bisa calistung.

“Ke depannya, pada 2019, kami fokus untuk merealisasikan SMP Inklusi di Desa Bengkala,” tutup Pak Ajar dari PT Pertamina (Persero) DPPU Ngurah Rai.

Penulis: Astri Apriyani