Ketika Masyarakat Tuli-Bisu Menari di Desa Bengkala

By National Geographic Indonesia, Senin, 26 November 2018 | 15:00 WIB
(Kurniawan Mas'ud)

Bagi Ibu Dayu, awal mengajar masyarakat kolok cukup menantang, sebab ia sendiri semula tidak bisa berbahasa isyarat. Namun, hal itu tidak membuatnya patah semangat. Ada Pak Kanta yang membantunya menjembatani komunikasi antara dirinya dan penari kolok. Dengan semangat yang mereka miliki, mereka dengan cepat memahami gerakan-gerakan tari. Beruntung pula, kini teknologi sudah maju. Ibu Dayu merekam gerakan-gerakan tari tersebut di ponsel, lalu diperlihatkan kepada para penari sembari berlatih gerakan dasar.

“Walaupun mereka tidak bisa mendengar dan berbicara, tapi bermain ponsel mereka sudah biasa. Jadi, mereka belajar gerakan dari video yang aku kirimkan, biasanya lewat WhatsApp,” cerita Ibu Dayu lega.

Gerakan tarian dibuat sederhana, sehingga para penari kolok mampu mengikuti dan mencerna apa yang diajarkan. Keunikannya adalah jika selama ini dalam tarian, penari mengikuti melodi musik, kini para pemusiklah yang menyesuaikan gerakan penari yang kolok, tentu tetap disesuaikan dengan aba-aba dari para pemusik.

Baca Juga : Kisah Pekerja Perempuan Menyusui dan Kebutuhan Laktasi Sebagai Hak

“Terjadi ketidaksinkronan itu sering. Memang tidak bisa sempurna seperti orang normal, tapi karena penabuh memberi kode dan penari menerima kode, kadang-kadang tarian tetap terlihat indah. Kalau lihat dari kejauhan, bahkan kadang-kadang ada yang tidak tahu kalau para penari ini sebetulnya kolok,” cerita Ketut Kanta, seorang tokoh masyarakat yang juga adalah Ketua Kelompok KEM I Kelodan, Desa Bengkala.

Dukungan PT Pertamina (Persero) DPPU Ngurah Rai terhadap kelompok tari KEM Kolok Bengkala ini juga sangat besar. Tiap kali ada acara yang cocok, para penari ini akan diundang untuk mengisi acara. Di luar kegiatan mereka sehari-hari sebagai petani, buruh, dan lain-lain, masyarakat kolok yang memiliki passion di bidang tarian, kini dapat mengeksplorasi bakat dan kemampuannya melalui pelatihan ini.

Diharapkan, dengan berkembangnya seni dan budaya, Desa Bengkala akan segera siap untuk menjadi desa wisata. Dalam waktu panjang, masyarakat kolok akan lebih berdaya terutama di bidang ekonomi. Mereka mampu.

Penulis: Astri Apriyani