Lima Peradaban Kuno Ini Runtuh Akibat Faktor Perubahan Iklim

By National Geographic Indonesia, Jumat, 30 November 2018 | 12:41 WIB
Suasana senja di sekitar Piramida suku Maya di Meksiko. (Jose Ignacio Soto/Thinkstock)

Dikenal juga sebagai peradaban Harappa, masyarakat zaman perunggu di Lembah Indus ini pernah mencapai populasi lebih dari 5 juta jiwa dan terkenal karena perencanaan kota dan sistem air yang sangat rinci. Dua kota besar milik peradaban ini, Mohenjo-daro dan Harappa, pertama kali ditemukan dan digali pada abad ke-19.

Apa yang menyebabkan kehancuran peradaban mereka?

Dua abad kekeringan tanpa henti. Para ilmuwan sampai pada kesimpulan ini setelah mempelajari lapisan-lapisan sedimen danau kuno yang dikenal sebagai Kotla Dahar.

Dikutip dari Scientific American, “Kotla Dahar merupakan cekungan tertutup, hanya diisi oleh limpahan air hujan tanpa saluran keluar.  Dengan demikian, hanya curah hujan dan penguapan yang menentukan volume air. Selama masa kering, isotop Oksigen-16, yang lebih ringan, menguap lebih cepat dibanding Oksigen-18, sehingga air yang tersisa di danau, menjadi kaya akan Oksigen-18.”

Baca Juga : Puluhan Jejak Reptil dari Ratusan Tahun Lalu Ditemukan di Grand Canyon

Rekonstruksi tim menunjukkan lonjakan jumlah Oksigen-18 antara 4.200 dan 4.000 tahun lalu. Hal ini menunjukan bahwa curah hujan menurun secara drastis selama waktu itu. Selain itu, data mereka juga menunjukkan bahwa musim hujan regular juga berhenti selama hampir 200 tahun.

Penurunan peradaban ini bertepatan dengan kekeringan yang juga dialami oleh peradaban di Mesir dan Yunani di kisaran waktu yang sama.!break!

Peradaban Maya di Meksiko

Keruntuhan bangsa Maya pada abad ke-8 dan 9 telah memikat para peneliti selama bertahun-tahun. Walaupun para ahli dengan cepat menunjukkan bahwa peradaban Maya tidak ‘runtuh’ secara teknis, ada banyak misteri yang masih menyelubungi peninggalan bangsa Maya, seperti piramida besar, istana dan observatorium.

Ada banyak teori yang mencoba menjelaskan apa yang terjadi, dari wabah penyakit hingga invansi bangsa asing. Teori paling terkemuka yakni bahwa perubahan iklim menyebabkan kekeringan ekstrim  yang berlangsung hingga 200 tahun.

Karena banyak dari kota-kota besar bangsa Maya yang terletak di gurun musiman, mereka sepenuhnya bergantung pada sistem penyimpanan air hujan yang luas dan kompleks.

Setiap fluktuasi rata-rata curah hujan tahunan memiliki konsekuensi. Kota-kota menderita kekeringan selama berabad-abad, membuat warganya tersebar dan terfragmentasi.