Muncul Retakan Tanah yang Besar, Benua Afrika Akan Terbelah Dua?

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 21 Desember 2018 | 11:42 WIB
Benua Afrika menunjukkan tanda-tanda pemisahan. (Google Earth via The Conversation)

Mengapa retakan bisa terjadi?

Saat litosfer menjadi subjek dari gaya ekstensional horizontal, maka ia akan meregang dan menjadi lebih tipis. Pada akhirnya, litosfer akan terpecah dan mengarah ke pembentukan retakan.

Retakan, di sisi lain, merupakan tahap awal dari pemisahan benua. Jika itu berhasil terjadi, akan terbentuk cekungan samudra yang baru. Salah satu contoh yang pernah terjadi di Bumi adalah laut Antlantik Selatan. Ia terbentuk dari patahan Amerika Selatan dan Afrika, sekitar 138 juta tahun lalu.

Pemisahan benua membutuhkan kekuatan ekstensional yang cukup besar untuk memecah litosfer. Yang terjadi di Lembah Celah Afrika Timur dideskripsikan sebagai jenis keretakan aktif, di mana sumber tekanan terletak pada sirkulasi mantel yang berada di dasarnya.

Proses pemisahan benua

East African Rift sangat unik karena memungkinkan kita untuk mengamati tahap keretakan di sepanjang wilayahnya. Di selatan, retakannya masih cenderung 'muda' dan tingkat keparahannya rendah. Aktivitas vulkanik dan seismik terbatas.

Menuju ke wilayah Afar, bagaimana pun juga, seluruh retakkan dipenuhi dengan batuan vulkanik. Artinya, di area tersebut, litosfer telah menipis dan hampir mengalami kepatahan total.

Jika itu terjadi, laut baru akan mulai terbentuk oleh pemadatan magma di ruang yang tercipta akibat lempeng yang rusak.

Baca Juga : Jalan Gubeng Surabaya Ambles, BMKG: Bukan Fenomena Tektonik

Kemudian, dalam beberapa puluh atau jutaan tahun mendatang, laut akan menyebar di sepanjang jalur retakan. Air laut akan mulai membanjirinya dan benua Afrika semakin mengecil. Akan ada pulau besar baru di Laut Hindia dengan beberapa bagian dari Ethiophia dan Somalia.

Meski begitu, peristiwa dramatis seperti pemisahan benua ini terjadi dalam proses yang lama. Mungkin, itu akan membelah benua Afrika tanpa kita sadari.