Nationalgeographic.co.id - Sekitar 3,22 miliar tahun lalu, lapisan mikrob berlendir melapisi kerikil-kerikil yang dulu merupakan dasar sungai.
Mikrob purba yang telah terawetkan selama ribuan tahun, baru-baru ini ditemukan di Afrika Selatan. Ia mungkin menjadi bukti fosil tertua di daratan Bumi – berusia setengah miliar lebih tua dibanding penemuan sebelumnya.
Bukti geologismenunjukkan bahwa kehidupan sudah ada di laut sejak 3,8 miliar tahun lalu. Namun, bukti kehidupan di darat sangat langka. Mungkin, karena planet ini masih berada di bawah air sekitar 3 miliar tahun lalu.
Baca juga: Hiu Tanduk Dicuri dari Akuarium dan Disamarkan Menjadi Seorang Bayi
Hugo Beraldi Campesi, ahli geobiologi di National Autonomous University of Mexico yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan, gagasan mengenai kehidupan di daratan sebenarnya sudah muncul selama beberapa dekade.
“Masalahnya adalah kami selalu kekurangan bukti hingga adanya penemuan ini,” ujarnya.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh Martin Homann, ahli sedimentologi di European Institute for Marine Studies, menemukan fosil mikrob di tepi bukit batu di Barberton Makhonjwa, Afrika Selatan. Fosil tersebut merupakan bagian dari potongan batu yang disebut Moodies Group.
Mikrob tersebut terawetkan dengan baik – menunjukkan lembaran tebal yang menyelimuti kerikil. Bukti lebih lanjut menunjukkan bahwa ia hidup di sepanjang sungai.
“Pada dasarnya, ini adalah palung sungai tertua di Bumi. Dan itu sudah mengandung kehidupan sejak dulu,” papar Stefan Lalonde, ahli geokimia dari European Institute for Marine Studies yang terlibat dalam penelitian ini.
Tidak seperti bukti kehidupan lain yang bergantung pada lahan – seperti struktur fosil yang dibangun oleh bakteri – mikrob tertua ini terawetkan dengan sendirinya.
Fosil yang berlapis, baru terbentuk ketika sedimen dilapisi mikrob. Kemudian, itu diselimuti lagi oleh mikrob lain yang tumbuh di atasnya. Seiring berjalannya waktu, lapisan mikrob dan sedimen bertumpuk satu sama lain seperti lasagna, lalu terawetkan.
Baca juga: Bagaimana Satwa Liar Bertahan Hidup di Tengah Kebakaran Hutan?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR