Tsunami Anyer, BMKG: Erupsi dan Cuaca Menjadi Penyebabnya

By Gregorius Bhisma Adinaya, Minggu, 23 Desember 2018 | 10:16 WIB
Wisma Kompas Gramedia di Karang Bolong juga terkena dampak. (Pusdalsis KG)

Nationalgeograhic.co.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memberikan keterangan bahwa tsunami yang terjadi pada hari Sabtu (22/12/2018) di Pantai Barat Banten tidak dipicu oleh gempa bumi.

Dwikora mengatakan bahwa gelombang tinggi yang terjadi disebabkan oleh cuaca. BMKG sebenarnya telah mendeteksi dan memberikan peringatan dini mengenai gelombang tinggi yang berlaku dari tanggal 22 Desember pukul 07.00 WIB hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda.

Lebih lanjut, Dwikorita juga mengatakan selain karena cuaca, tsunami juga terjadi karena adanya erupsi Gunung Anak Krakatau. Namun karena seismometer rusak akibat erupsi tersebut, BMKG mengalami kendala dalam melihat hal tersebut.

Baca Juga : Tsunami di Banten dan Lampung, BMKG: Bukan Karena Gempa Bumi

"BMKG berkoordinasi dengan Badan Geologi melaporkan bahwa pada 21.03 WIB Gunung Krakatau erupsi kembali, sehingga peralatan seismometer setempat rusak. Tetapi seismik Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus," ungkap Dwikorita.

Sensor Cigeulis (CGJI) merekam adanya aktivitas seismik dengan durasi ± 24 detik dengan frekwensi 8-16 Hz pada pukul 21.03 WIB.

Adapun berdasarkan hasil pengamatan tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Cinangka, Serang, tercatat pada pukul 21.27 WIB ketinggian gelombang setinggi 0,9 meter.

"Kemudian tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0.35 meter," ungkap Dwikorita. Selanjutnya, lewat tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36 meter. Yang terakhir tidegauge Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0.28 meter.

Air laut mencapai daratan, warga pun berhamburan. ()

"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," tutupnya.

Sutopo mengoreksi pernyataan

Terkait hal tersebut, Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengoreksi pernyataan sebelumnya mengenai fenomena yang terjadi.