Rumah Baru untuk Pasutri Lansia dan Anaknya yang 'Down Syndrome'

By National Geographic Indonesia, Kamis, 27 Desember 2018 | 14:04 WIB
(Kompas.com)

Berawal dari Kegigihan dan Kesederhanaan

Semua berawal dari perjuangan Hernowo dan Kamilah merawat Wahyu meski anak itu menyandang tuna grahita sejak lahir. Mereka hidup dalam kesederhanaan dalam sebuah rumah kayu lapuk di Dusun Anjir. Aktivitas keseharian Hernowo dan Kamilah adalah menjual kayu bakar dan daun pisang untuk mendukung sekolah Wahyu di Sekolah Luar Biasa di Kecamatan Panjatan.

Keduanya berharap Wahyu tetap bisa mandiri di balik kekurangannya. Karenanya, mereka memperjuangkan pendidikan bagi Wahyu. Ketiganya berboncengan naik sebuah “sepeda onthel” menuju SLB yang berjarak 10 kilometer. Mereka harus menempuh perjalanan dari hutan ke kota pergi pulang setiap hari sekolah.

Baca Juga : K-Noman, Kedai Wadah Kreasi dan Ekspresi Bojonegoro

Hernowo mengendalikan kemudi sepeda bututnya, Kamilah dan Wahyu di belakang. Seperti inilah rutinitas Hernowo membawa Wahyu bersekolah. Hernowo yang setengah tuli sejak lahir tidak menyerah menyekolahkan anaknya yang down syndrome. Di usia senja mereka, ia mengharapkan Wahyu bisa cepat mandiri.

Pembaca Kompas.com tergugah membaca kisah ini. Mereka pun menggalang dana lewat Kitabisa.com. Uang terkumpul lebih dari Rp 200 juta dalam tempo kurang dari 1 minggu. Sebanyak Rp 120 juta dipakai untuk membangun rumah baru. Sisanya, untuk pemberdayaan rumah tangga Hernowo dan pendidikan Wahyu.