Nationalgeographic.co.id – Ada yang unik dari desa Doudo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Setiap RT yang terdapat di desa tersebut memiliki tema dan konsepnya sendiri. Tidak tanggung-tanggung, konsep yang mereka usung berupaya untuk memajukan lingkungan dan membuat desa Doudo semakin asri.
Setelah memasuki gapura bertuliskan “Desa Doudo”, Anda akan melihat pekarangan rumah yang dipenuhi oleh tanaman. Tidak ada satu pun rumah yang gersang. Meski begitu, tidak semua tanaman di setiap rumah sama, karena mereka memiliki ‘identitas’ sendiri. Untuk RT 1 misalnya, setiap warganya harus menanam tanaman lavender, sementara RT 5 dipenuhi dengan tumbuhan lidah buaya.
Baca Juga : Tujuh Pulau yang Wajib Anda Kunjungi di Kepulauan Seribu
Asti Sufana, Kepala Desa Doudo mengatakan, keinginan untuk membuat kampung tematik berbasis lingkungan tersebut, datang dari warga sendiri.
“Awalnya, mereka ditantang untuk menciptakan lingkungan asri di desa Doudo. Mereka memikirkan sendiri konsepnya sampai akhirnya mengikuti lomba dari tingkat RT hingga Nasional. Sejak saat itu, para warga semakin semangat untuk mempercantik rumahnya,” papar Asti.
Lalu, konsep apa saja yang diusung di desa Doudo?
Kampung Si Cantik Cerdas (Siap Cari Jentik Cegah Demam Berdarah Sekarang)
Sesuai dengan namanya, konsep kampung ini adalah bebas dari jentik nyamuk. Konsep ini dipilih karena lokasi RT 1 berdekatan dengan kebun yang banyak nyamuk. Agar terhindar dari Demam Berdarah Dengue (DBD), maka warga di kampung ini harus menanam jahe, serai, dan lavender yang identik sebagai tumbuhan penghalau nyamuk.
Zubaidah, salah satu kader di Kampung Si Cantik Cerdas, mengatakan, setelah menerapkan konsep antijentik ini, nyamuk di rumahnya pun tidak sebanyak dulu. “Kalau hujan, biasanya banyak sekali nyamuk di rumah, tapi setelah menanam ini, ya berkurang,” katanya. Ia menambahkan, jumlah anak-anak yang mengidap DBD di RT-nya pun menurun.
Selain itu, tanaman yang tadinya berfungsi sebagai pencegah nyamuk, kini bisa menjadi sumber penghasilan warga RT 1A. Mengusung nama Dangrehe, mereka memasarkan minuman dari jahe dan serai yang diambil dari pekarangan rumah masing-masing.
Kampung Sayur
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR