Nationalgeographic.co.id—Dalam waktu dekat, umat Islam di seluruh dunia akan memulai ibadah puasa Ramadhan 1446 Hijriah. Selama sebulan penuh, mereka akan menahan diri dari makan dan minum dari terbit hingga terbenam matahari.
Namun, tahukah Anda bahwa puasa bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga memiliki segudang manfaat bagi kesehatan yang telah terbukti secara ilmiah?
Banyak orang mengira bahwa puasa hanya tentang menahan lapar dan haus. Padahal, di balik itu, tubuh Anda mengalami serangkaian proses yang luar biasa. Dari penurunan berat badan yang signifikan hingga peningkatan fungsi otak, puasa dapat menjadi kunci untuk hidup yang lebih sehat.
Penelitian demi penelitian telah mengungkap berbagai manfaat puasa, mulai dari pengendalian gula darah hingga pencegahan penyakit kronis. Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa puasa dapat memperpanjang umur dan meningkatkan efektivitas kemoterapi.
Apakah Anda penasaran dengan apa saja manfaat puasa yang didukung oleh sains? Berikut ini delapan manfaat luar biasa seperti dilansir Healtline yang akan dibahas secara mendalam:
1. Pengendalian gula darah yang lebih baik
Berbagai studi penelitian telah mengonfirmasi efektivitas puasa dalam meningkatkan pengendalian gula darah, sebuah manfaat yang sangat signifikan khususnya bagi individu yang memiliki risiko tinggi untuk mengembangkan diabetes di kemudian hari.
Salah satu studi terpercaya yang dilakukan pada tahun 2023, melibatkan sebanyak 209 peserta, menemukan bahwa penerapan puasa intermiten selama tiga hari setiap minggunya secara efektif mampu menurunkan risiko diabetes tipe 2. Penurunan risiko ini terjadi berkat peningkatan sensitivitas insulin yang dihasilkan oleh puasa intermiten tersebut.
Peningkatan sensitivitas insulin ini memiliki dampak positif yang besar, yaitu meningkatkan kemampuan tubuh dalam merespons insulin secara lebih efektif, sehingga glukosa, sebagai sumber energi utama tubuh, dapat diangkut dari aliran darah menuju sel-sel tubuh dengan lebih efisien.
Bersamaan dengan potensi efek penurunan kadar gula darah yang merupakan hasil dari praktik puasa, mekanisme ini secara keseluruhan sangat membantu dalam menjaga stabilitas kadar gula darah, serta mencegah terjadinya fluktuasi ekstrem berupa lonjakan tiba-tiba dan penurunan drastis yang berbahaya.
Lebih lanjut, sebuah tinjauan penelitian komprehensif yang dipublikasikan pada tahun 2022 mencatat bahwa praktik puasa intermiten dan pembatasan waktu makan memiliki potensi untuk mengurangi berbagai faktor risiko yang terkait erat dengan sindrom metabolik.
Baca Juga: Ekspedisi Laut Jawa: Dina Salat dan Puasa di Kedalaman 7.000 Meter
KOMENTAR