“Kalau selama ini untuk menyiram tanaman kita menggunakan air bersih, sekarang bisa pakai air limbah. Jadi, nggak buang-buang air bersih,” kata Asti.
Baca Juga : Sekolah Mangrove di Pesisir Indramayu, dan Masa Depan Ekonomi Indramayu
Selain IPAL Komunal, Kampung E-Link juga menjadi pelopor Biopori Plus. Setiap rumah di desa Doudo memang wajib memiliki lubang biopori, namun di RT inilah awalnya bermula. Penduduk di RT lain yang ingin membuat lubang biopori pun bisa meminta bantuan warga Kampung E-Link dengan gratis.
Setiap rumah di kampung E-Link wajib memiliki tiga lubang biopori, masing-masing dengan kedalaman satu meter. Setiap lubang berfungsi sebagai ‘dekomposer’. Di sanalah, sampah-sampah dapur selama tiga bulan dikumpukan sebelum akhirnya terurai dan menjadi pupuk kompos yang nantinya akan digunakan untuk tanaman mereka sendiri.
Kampung E-Link pun berhasil meraih Best of The Best Pengelolaan Kawasan Lingkungan Berbasis Hijau pada ajang Gresik Berhias Tahun 2017.
Kampung Aloe Vera
Di RT terakhir, yaitu RT 5, setiap rumah wajib memiliki tanaman lidah buaya, minimal dua. Alasan memilih konsep ini adalah karena lidah buaya termasuk tanaman yang memiliki banyak manfaat. Perawatannya pun tidak sulit dilakukan.
“Waktu itu, kami yang paling ketinggalan. RT lain sudah memiliki tema, tapi kami belum. Sepintas dapat ide untuk membuat Kampung Aloe Vera karena tanaman ini mudah dirawat dan perkembang biakkannya cepat,” cerita Abdul Rozak, Ketua RT di kampung ini.
Sama seperti Kampung Si Cantik Cerdas dan Kampung Sayur, warga di Kampung Aloe Vera pun memanfaatkan tanaman lidah buayanya untuk menambah penghasilan. Mereka mengolah tanaman tersebut menjadi kerupuk, peyek, es dawet, dan permen, yang dipasarkan di toko oleh-oleh sekitar Gresik dan Mbok Doudo.
Pada April 2018 lalu, Kampung Aloe Vera berhasil masuk dalam kategori Pengelolaan Kawasan Lingkungan Terbaik ajang Gresik 2018.
Menuju desa wisata
PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng yang selama ini membina dan mendampingi Doudo, mengatakan akan terus mendukung inovasi desa ini.
Dalam upayanya memanfaatkan pekarangan rumah misalnya, PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng memberikan bantuan berupa pot dan rak tanaman untuk setiap RT. Juga mengadakan pelatihan pembuatan biopori kepada penduduk desa.
“Semua sebenarnya adalah milik desa. Kami pasti akan mendukung jika itu baik. Ikut senang karena Doudo sudah bagus sekali prestasinya. Desa ini juga sudah mendapat pengakuan di tingkat nasional sebagai desa yang asri,” papar Arina Hidayatul Chasanah, Relation and Formalities Staff PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng.
Meski begitu, ke depannya, Doudo masih bisa berkembang lagi. Arina mengatakan, PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng ingin memberikan kebermanfaatan lebih pada warga desa, terutama di bidang ekonomi.
Baca Juga : Mengenal Safetyman, Ujung Tombak Tenaga Keamanan di Tempat Risiko Tinggi
“Desa Doudo yang hijau dan sudah dikenal banyak orang ini, menyimpan potensi wisata. Mengawali 2019, kami akan mengarahkan Doudo menjadi desa wisata dengan edukasi lingkungan,” katanya.
Arina menjelaskan, nantinya, orang-orang bisa mengunjungi keenam kampung tematik di Doudo sambil belajar tentang lingkungan. Mulai dari pengelolaan air, merawat tanaman di rumah, mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai, hingga belajar membuat lubang biopori.
“Ini bisa membuka lapangan pekerjaan bagi generasi muda Doudo yang selama ini menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri,” pungkasnya.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR