Nationalgeographic.co.id—Paus bergigi (toothed whale) terdampar mati dengan perut penuh plastik dan mangsa lainnya. Sonar bawaan mereka mungkin tidak dapat membedakan antara plastik dan mangsanya.
Untuk menemukan makanan dalam kegelapan, paus yang menyelam dalam mengandalkan sonar bawaan mereka. Sonar tersebut memantulkan gelombang suara dari mangsa potensial untuk mengungkapkan lokasinya.
Namun, bagi paus-paus ini, sampah plastik yang mengambang di lautan mungkin juga “terdengar” seperti cumi-cumi yang lezat.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa sampah plastik seperti kantong belanja mengeluarkan “gema” yang sangat mirip dengan cumi-cumi. “Mungkin karena beberapa kombinasi bentuk, ukuran, tingkat pelapukan, dan komposisi kimia plastik yang membuatnya mirip,” tulis peneliti Greg Merrill.
Perkiraan bervariasi, tetapi kemungkinan ada jutaan metrik ton plastik memasuki lautan dunia setiap tahun. Saat masuk ke lingkungan laut, plastik juga muncul di usus mamalia laut dalam ratusan kasus yang dilaporkan. Plastik merusak jaringan perut mamalia laut dan menyebabkan infeksi, sesak napas, dan kekurangan gizi hingga kelaparan.
Paus yang terdampar di seluruh dunia membawa puluhan kilogram sampah plastik di perut mereka, sebuah bukti dari masalah yang meluas ini.
“Hewan-hewan tertentu tampaknya hampir tidak mampu untuk tidak memakan plastik di lautan,” kata Matthew Savoca, seorang ahli biologi kelautan di Universitas Stanford.
“Mereka makan plastik bukan karena mereka bodoh,” katanya. “Hal ini disebabkan karena plastik pasti sangat membingungkan pada banyak saluran sensorik yang berbeda.”
Untuk hewan seperti penyu laut, kantong plastik mungkin terlihat mirip dengan makanan seperti ubur-ubur dan cumi-cumi. Penelitian lain menunjukkan hiu dan ikan juga dapat mengira plastik sebagai mangsa karena isyarat visual.
Namun, teori isyarat visual tidak berlaku bagi beberapa spesies. Seperti paus berparuh angsa, paus sperma, dan spesies lain yang berburu dengan ekolokasi ribuan meter di bawah permukaan. Pasalnya, mereka hidup di tempat yang tidak memungkinkan untuk melihat apa pun.
Jadi, para ilmuwan berupaya mencari tahu mengapa hewan-hewan yang hidup di kedalaman juga menelan begitu banyak plastik.
Baca Juga: Blue Carbon: Gara-gara Mikroplastik, 'Keperkasaan' Mangrove Bakal Terganggu
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR