Nationalgeographic.co.id—Oceanus adalah salah satu dewa utama dalam mitologi Yunani. Namun, keberadaannya sering kali terlupakan dalam interpretasi modern, yang cenderung hanya menonjolkan 12 dewa Olimpus sebagai pusat mitologi Yunani.
Digambarkan dengan ekor ikan dan tanduk seperti capit kepiting, Oceanus menguasai sungai mistis yang mengelilingi dunia. Ia menjaga jarak dari konflik manusia maupun dewa, hidup damai jauh dari hiruk-pikuk duniawi.
Sebagai dewa abadi yang tenang dan berbeda dari kebanyakan dewa Yunani, Oceanus dianggap sebagai bapak dari semua perairan, termasuk sungai, mata air, dan aliran air.
Tanpa Oceanus, kehidupan manusia tidak akan mungkin berlangsung, terutama di wilayah-wilayah dunia Yunani kuno yang sangat bergantung pada sumber daya air untuk bertahan hidup.
Seperti Apa Rupanya Oceanus?
Oceanus (juga dikenal sebagai Ogen atau Ogenus) adalah salah satu dari 12 Titan, anak-anak Gaia, dewi bumi purba, dan Uranus, dewa langit. Ia menikah dengan saudara perempuannya, Tethys, dewi air tawar, dan bersama-sama mereka menjadi orang tua dari banyak dewa air.
Meskipun Oceanus adalah sosok yang penyendiri, warisannya terutama dikenang melalui anak-anaknya. Dua putrinya, Metis dan Eurynome, memiliki peran penting dalam mitologi Yunani.
Metis, yang hamil ketika menikah dengan Zeus, ditelan oleh Zeus setelah ramalan menyebutkan bahwa anak mereka akan melampaui kekuasaan Zeus.
Metis kemudian melahirkan Athena, yang muncul dari kepala Zeus dalam bentuk yang spektakuler. Eurynome, di sisi lain, adalah ibu dari tiga Charites (Graces), dewi kecantikan, kegembiraan, dan pelayan Aphrodite.
Dalam mitos Yunani, Oceanus sering dianggap sebagai personifikasi sungai besar mitologis yang mengelilingi dunia—dan kemudian, laut itu sendiri.
Gambaran dirinya bervariasi tergantung zaman dan seni. Dalam mosaik, fresko, dan lukisan vas Yunani, Oceanus biasanya digambarkan sebagai pria tua berjanggut dengan capit kepiting atau tanduk banteng yang muncul dari pelipisnya.
Baca Juga: Mengenal Iapetus: Titan Kematian Sekaligus Kakek dari Ras Manusia
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR