Cierra Tolentino dalam Oceanus: The Titan God of the River Oceanus yang dimuat pada laman History Cooperative, mengungkap bahwa pada masa Yunani Helenistik, Oceanus kadang digambarkan dengan bagian bawah tubuh menyerupai ikan
"Penggambaran ini memperkuat hubungannya dengan air. Namun, tidak selalu konsisten," tulis Tolentino. "Sebagai contoh, sebuah patung dari abad ke-2 Masehi di Ephesus menggambarkan Oceanus sebagai pria biasa yang sedang berbaring, tanpa tanda-tanda ekor ikan atau capit kepiting."
"Oceanus adalah sosok yang menghubungkan perairan dunia dan memainkan peran penting dalam mitologi Yunani, meskipun ia lebih sering dikenal melalui kontribusi anak-anaknya," paparnya.
Menurut Theogony karya Hesiod, sebuah puisi abad ke-8 SM tentang asal-usul para dewa Yunani, Oceanus adalah Titan tertua. Dari semua anak yang lahir dari Gaia (Bumi) dan Uranus (Langit), Oceanus dikenal sebagai sosok yang paling penyendiri secara alami.
Oceanus dan Tethys
Oceanus menikah dengan saudara perempuannya, Tethys, yang juga dikenal sebagai sosok yang tenang dan pendiam. Sebagai pasangan, mereka menjadi orang tua dari semua sungai, aliran air, mata air, dan nimfa di dunia.
Dalam Theogony, disebutkan bahwa Oceanus dan Tethys memiliki "tiga ribu putri yang berkaki indah" dan jumlah putra yang setara, jika tidak lebih banyak.
Dari anak-anak mereka, beberapa menjadi dewa sungai (Potamoi), nimfa air (Oceanid), dan nimfa awan (Nephelai). Bahkan, 60 putri Oceanus dan Tethys menjadi pengikut Artemis dan sering digambarkan sebagai paduan suara yang mendampingi sang dewi pemburu.
Apakah Oceanus Dewa?
Nama "Oceanus" secara etimologis terkait dengan kata "samudra," sehingga mungkin orang akan berpikir bahwa ia adalah dewa lautan. Namun, itu tidak sepenuhnya benar.
Oceanus adalah dewa yang melambangkan Sungai Oceanus, sungai besar mistis yang mengelilingi dunia dalam mitologi Yunani. Sungai ini dianggap sebagai sumber utama semua air di bumi—sungai, mata air, dan air mancur semuanya berasal dari Oceanus dan pada akhirnya kembali ke sana.
Baca Juga: Dewa Yunani Kuno Aether Bertakhta di Lapisan Atmosfer Tertinggi
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR