Nationalgeographic.co.id - Menurut sebuah studi terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Clinical Psychological Science, kita bisa mengetahui apakah seseorang mengidap depresi atau tidak melalui bahasa yang ia gunakan.
Para peneliti menggunakan analisis teks terkomputerisasi untuk melihat bank data yang besar. Ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana cara bicara seseorang bisa berbeda ketika mereka sedang depresi.
Selain itu, para peneliti juga meneliti esai pribadi dan buku harian untuk menemukan perbedaan yang jelas antara pengidap depresi dan yang tidak. Para peneliti ingin melihat konten dan gaya bicara mereka.
Dari hasil penelitian, inilah perbedaan utama gaya berbicara orang-orang yang memiliki depresi:
Menggunakan kata ganti pertama
Pengidap depresi lebih sering menggunakan kata ganti ‘saya’, ‘aku’, dan ‘sendiri’, dibanding ‘dia’ atau ‘mereka’. Ini menandakan kurangnya koneksi dengan orang lain. Mungkin, para pengidap depresi merasa terisolasi dari masyarakat.
Baca Juga : Kisah Tragis Buthania, Gadis Cilik yang Menjadi Simbol Perang Yaman
Gaya bahasa tersebut juga menunjukkan bahwa mereka memiliki kesadaran diri dan lebih fokus terhadap pikirannya masing-masing.
Menurut para peneliti, penggunaan kata ganti pertama itu menjadi indikator depresi yang bisa diandalkan.
Mengeluarkan kata-kata negatif
Kata sifat yang bernada negatif biasanya sering diucapkan pengidap depresi. Mereka cenderung menggunakan kata yang mengarah ke emosi negatif, seperti ‘menyedihkan’ dan ‘kesepian’. Para peneliti menduga, ini berkaitan dengan perasaan yang mereka alami.
Bahasa absolut
Menurut para peneliti, saat depresi, kita cenderung menggunakan bahasa absolut. Artinya, kata yang kita ucapkan bermakna sepenuhnya atau tidak sama sekali.
Pengidap depresi biasanya menggunakan kata ‘selalu’, ‘sepenuhnya’, ‘selengkapnya’, ‘tidak sama sekali’, dan ‘tidak pernah’. Ini mengarah pada kurangnya perspektif.
Baca Juga : Kisah Para Pengidap HIV/AIDS di Pantura Melawan Stigma Buruk Mayarakat
Ketika depresi, pikiran mudah terkontaminasi dengan hal-hal negatif dan itu akan tercermin pada bahasa yang digunakan.
Meskipun begitu, tidak seharusnya kita mendiagnosis seseorang hanya dari gaya bicaranya. Jika Anda merasa seseorang bermasalah dengan kesehatan mentalnya, ajak ia berbicara tentang apa yang sedang dirasakan sebelum mengambil kesimpulan.