Nationalgeographic.co.id - Paus sperma yang mati di Wakatobi dengan perut penuh dengan sampah, tentu masih segar dalam ingatan kita. Bahkan beberapa waktu lalu, paus sei yang langka juga ditemukan dalam keadaan lemah karena tenggorok yang tertutup plastik.
Kejadian seperti ini bisa saja banyak terjadi di lautan dalam karena sampah plastik sudah banyak terapung di lautan. Tidak heran banyak hewan laut kemudian mati karena mengonsumsi sampah plastik tersebut.
Namun satu hal yang sempat menjadi perdebatan adalah mengapa hewan yang memiliki banyak kemampuan indra dapat salah mengidentifikasi sampah?
Sebuah penelitian pernah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tadi. Hasilnya? Sampah-sampah ini berbau seperti makanan mereka. Bagaimana bisa sampah ini berbau sama dengan makanan mereka?
Baca Juga : Paus Terancam Punah Ditemukan dengan Sampah Plastik di Tenggoroknya
Ketika ganggang, yang menjadi sumber makanan bagi krill—crustacea keci yang menjadi makanan burung laut—rusak secara alami di laut, ganggang ini akan mengeluarkan bau belerang yang dikenal dengan dimethyl sulfide (DMS). DMS inilah yang kemudian dijadikan "rujukan" bagi burung laut dalam mencari krill.
Sialnya, sampah plastik yang mengambang di lautan menjadikan media yang sempurna bagi ganggang untuk tumbuh subur. Ketika ganggang tersebut terurai dan memancarkan bau DMS, burung laut akan mengikuti aroma ini. Plastik yang sudah terkena bau DMS ini pun termakan.
“DMS mirip seperti bel makan malam,” ucap Matthew Savoca, mahasiswa doktoral University of California, dan pemimpin penelitian ini. “Ketika orang-orang mendengar bel makan malam, mereka tahun bahwa makanan ada di sekitar mereka. Hal ini serupa dengan gagasan ini. Ketika indra penciuman burung laut sudah berkata bahwa di sinilah tempat mereka menemukan krill, mereka akan langsung mendarat dan mencari krill tersebut.”
Sampah plastik telah terakumulasi dengan cepat di lautan. Kira-kira meningkat dua kali lipat dalam setiap dekade. Pada tahun 2014, sebuah analisis global memperkirakan plastik di laut sebanyak seperempat miliar metrik ton, berukuran partikel beras.
Sementara itu lebih dari 200 spesies hewan tercatat memakan plastik, termasuk penyu, paus, anjing laut, burung, dan ikan. Burung laut adalah hewan yang paling berisiko. Bahkan menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh peneliti Australia, hampir semua burung laut sudah mengonsumsi plastik.
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa banyak plastik laut dikonsumsi oleh makhluk laut lantaran terlihat seperti makanan. Penyu misalnya, kantung plastik yang utuh dan mengambang di laut, mirip dengan ubur-ubur. Hewan laut lainnya, termasuk ikan, sering melahap plastik berukuran mikro yang terpecah karena sinar matahari dan memiliki bentuk yang menyerupai plankton yang biasa mereka makan.