Murid 6 SD Diperkosa Pamannya Sendiri, Kenali Ciri Predator Seksual di Sekitar Kita

By Gregorius Bhisma Adinaya, Selasa, 29 Januari 2019 | 12:20 WIB
Kenali ciri predator seksual anak. (master1305/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Kejahatan seksual seperti tidak pernah ada hentinya. Banyak kasus melibatkan anak di bawah umur sebagai korbannya, bahkan sang pelaku seringkali adalah seseorang yang dekat dengan kita. Bahkan masih sebagai keluarga.

Dilansir dari Tribunnews.com, dua orang anak kembar murid kelas 6 SD diperkosa oleh pamannya sendiri, dan salah satunya melahirkan seorang anak. Kejadian keji ini terjadi di Kecamatan Batu Ampar, Kepulauan Riau.

Kejadian melibatkan orang dekat sebagai pelaku tidak hanya kali ini saja. Hubungan yang dekat seakan menghilangkan kecurigaan kita, padahal hal ini tidak sepenuhnya benar. Lantas bagaimana cara mengenali para predator seksual ini?

Baca Juga : Tradisi Menyetrika Payudara Agar Terhindar dari Kejahatan Seksual

Menandai predator seksual anak, jika mereka ada di sekitar kita, bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, tidak ada ciri sangat khusus yang membedakan mereka dengan orang lainnya.

Umumnya mereka dekat dengan anak-anak. Namun, tidak semua yang dekat dengan anak-anak pasti seorang predator seksual anak.

Meski tidak ada ciri khusus dari para predator seksual anak, menurut yayasan nirlaba yang bergerak di bidang kesejahteraan anak Educate and Empower Kids, orangtua bisa mewaspadai seseorang yang menunjukkan ciri umum sebagai berikut:

1. Seorang predator seksual anak mungkin memberi perhatian khusus kepada anak dan membuat anak merasa istimewa. Mereka akan cenderung mencoba untuk memenangkan kasih sayang anak dengan sering memberi hadiah.

Contohnya,"Saya punya sekotak permen, yuk kita berbagi." Atau, kepada anak yang lebih tua, mungkin mereka akan mengatakan, "Kamu suka grup musik X? Saya punya tiket konsernya untuk kita. Itu juga band favorit saya."

Orang terdekat bisa menjadi predator seksual anak. (monkeybusinessimages/Getty Images/iStockphoto)

2. Mereka mungkin mengisolasi anak dengan melibatkannya dalam kegiatan yang menyenangkan yang mengharuskan mereka untuk melakukannya bersama-sama dengan si predator seksual anak.

3. Mereka juga mungkin akan mencoba menyentuh anak di depan Anda, orangtuanya, supaya anak berpikir bahwa Anda tidak keberatan jika dia disentuh oleh si Predator.

Sentuhannya berupa sentuhan sederhana tepukan di pundak, atau meminta pelukan selamat tinggal. Mereka tidak akan memaksakan sebuah sentuhan untuk menghindari kecurigaan.

4. Perlu diingat bahwa kontak fisik pertama antara predator dengan korban sering bersifat non-seksual yang dirancang untuk memengaruhi anak.

Tujuannya, agar anak nyaman dan bisa disentuh, sehingga jalan untuk melakukan aktivitas seksual menjadi lebih terbuka.

Baca Juga : Jelang Ujian Nasional, Konsumsi Makanan Ini untuk Bantu Kinerja Otak

5. Seorang predator mungkin juga akan mengambil keuntungan dari rasa ingin tahu alami anak tentang seks.

Caranya, mereka akan mengatakan lelucon yang "jorok", atau mengajak anak bermain permainan yang mengarah ke aktivitas seks.

6. Seorang predator, secara diam-diam, memerhatikan apa yang menjadi kesukaan anak untuk memikat anak dengan berbagai tawaran dan iming-iming.

Setelah anak terpikat, tidak menutup kemungkinan, mereka akan ditawari mencoba narkoba atau alkohol juga.

Setelah beberapa saat, predator akan meminta anak mengakses media porno sebagai balasan atas pemberian mereka selama ini. Dalam meminta, mereka tidak akan menggunakan cara kasar atau memaksa. Mereka lebih percaya keampuhan bujuk rayu.

7. Seorang predator juga kerap menampilkan dirinya sebagai pendengar yang simpatik ketika orangtua dan teman mengecewakan anak.

Predator sering menargetkan anak yang merasa terisolasi dari teman dan keluarganya.

8. Seorang predator sering memperlakukan korban sebagai orang yang istimewa dalam "hubungan" mereka.

Mereka akan berpura-pura berbagi rahasia penting kepada anak, membuat anak merasa dipercaya dan diistimewakan. Pada akhirnya, anak juga diminta berbagi sesuatu yang penting dengan Si Predator.

Seluruh pihak harus turut andil dalam pencegahan. (Zbynek Pospisil/Getty Images/iStockphoto)

Area Aman Untuk Anak

Mencegah kejahatan seks terjadi pada anak, selain memerlukan peran orang tua, pemerintah juga bisa menggandeng masyarakat umum untuk terlibat aktif melindungi generasi muda kita. Salah satunya mungkin dengan mengadopsi program Safe Stop di New York.

Adanya program ini didorong oleh pembunuhan seorang anak, Leiby Kletzky pada 2011. Leiby hilang setelah pulang dari acara berkemah dan tubuhnya ditemukan dalam kondsi termutilasi. Kasus ini membuat geram masyarakat dan mendorong jaksa setempat untuk mencanangkan program Safe Stop.

Toko-toko daerah Brooklyn yang ingin berpartisipasi melindungi anak-anak, diberi stiker khusus di bagian depannya. Bangunan yang punya stiker ini, berarti tempat aman bagi anak. Tidak hanya itu, anak yang memerlukan pertolongan juga dapat mendatangi tempat tersebut.

Baca Juga : Biaya Punya Anak Mahal, Warga Korea Selatan Lebih Pilih Pelihara Hewan

Anak bisa datang dan mendapat bantuan serta perlindungan dari orang dewasa. Mereka yang ingin berpartisipasi, telah lebih dahulu diseleksi dan diperiksa latar belakang kehidupannya oleh pemerintah dan aparat hukum.

Mungkin, sudah saatnya negara kita mengadopsi program serupa dengan melibatkan partisipasi masyarakat luas.

Tujuannya, agar anak-anak yang mengalami ancaman kejahatan, termasuk dari predator seksual, dan sedang jauh dari rumah, bisa segera mendapat perlindungan sebelum sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.