Nationalgeographic.co.id - Sebagai anak kota, Elena Anosova mendengar banyak cerita tentang desa yang kerap dikunjungi rusa kutub dan serigala, jalan yang mustahil dilewati, dan lingkungan yang getir namun dirindukan.
Setelah dewasa, seniman visual berusia 34 tahun ini, akhirnya mengunjungi desa yang didirikan lebih dari 300 tahun silam oleh leluhurnya. Mereka pemburu, terbawa gelombang warga Rusia yang berkelana menuju Siberia di timur untuk mencari bulu.
Ayah Anosova dilahirkan di sana, dan sebagian besar dari sekitar 120 penduduk desa—yang tidak menginginkan orang luar mengetahui nama ataupun lokasi mereka—hidup dalam suasana kekeluargaan.
Baca Juga : Mardi Gras, Parade Pertunjukan Gratis Terbesar di Amerika Serikat
Dalam bahasa daerah Tungus (atau Evenki), nama pemukiman itu secara kasar diterjemahkan sebagai “Pulau.”
Untuk mencapai “pulau” yang dikelilingi daratan ini dengan jeep, terdapat jalan musim dingin yang selama kurun waktu tertentu membeku di atas taiga subarktik berawa.
Moda transportasi tercepat menuju ke sana adalah helikopter, yang terbang dua kali dalam sebulan dari Kota Kirensk, 300 kilometer dari sana. Helikopter yang penuh berarti dua pekan menunggu untuk masuk, atau keluar.
Baca Juga : Kereta Medis Siberia
Setelah berhasil masuk, Anosova menemukan banyak kegiatan dan sedikit keinginan untuk pergi dari sana. Ada kuda liar yang harus dijinakkan. Ada tanaman yang harus ditumbuhkan di rumah kaca yang dilengkapi oven penghangat, lalu diawetkan untuk musim dingin.
Setelah berkunjung ke desa, kehidupan kota terasa berbeda. “Sulit rasanya,” kata Anosova, “karena Anda membutuhkan kesunyian.”