Menjadi Salah Satu Makanan Favorit, Apakah Sushi Baik untuk Kesehatan?

By Gita Laras Widyaningrum, Minggu, 10 Februari 2019 | 09:00 WIB
Sushi. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Mulai dari restoran mewah hingga pedagang kaki lima, banyak yang menjual sushi. Beberapa orang mengatakan bahwa sushi kaya akan nutrisi. Apakah sushi benar-benar sehat untuk dikonsumsi?

“Sushi masuk ke dalam lingkaran makanan sehat,” kata Katherine Zeratsky, ahli gizi sekaligus  profesor di Mayo Clinic. Menurutnya, sushi tradisional memiliki semua ciri makanan sehat: ia berisi ikan segar, dilapisi rumput laut dan disajikan dalam gulungan kecil.

Meskipun begitu, para ahli mengingatkan, jangan berharap makanan asal Jepang ini bisa mengecilkan lingkar pinggang Anda.

Baca Juga : Pet Theraphy, Menggunakan Hewan Peliharan Untuk Mengobati Kanker

Salah satu masalah yang bisa ditimbulkan oleh sushi adalah porsinya. Isabel Maples, ahli gizi dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, mengatakan, meskipun terlihat kecil dan sedikit, nyatanya sushi memiliki kalori besar. Satu gulungan sushi--yang dipotong menjadi enam hingga delapan bagian--menanggung 550 kalori.

“Mata kita mengatakan yang sebaliknya. Tidak sesuai dengan kandungan nutrisinya,” tambah Zeratsky.

Kalorinya sebagian besar berasal dari satu gulung nasi putih yag menjadi khas sushi. Itu juga dibuat dengan menambahkan cuka dan gula yang membuat kalorinya semakin besar.

Nasi sushi yang lengket dan manis itu ditekan dan dibungkus menjadi sebuah gulungan agar terlihat kecil, padahal sebenarnya porsinya cukup banyak.

“Potongan gulungan sangat mudah dimasukkan ke dalam mulut. Namun, kita tidak sadar sudah mengonsumsi nasi dalam jumlah besar,” kata Nancy Farrell, ahli gizi.

Agar sushi yang Anda makan lebih sehat

Zeratsky mengatakan, sushi tentu saja bisa menjadi bagian dari diet sehat. Asalkan kita berhati-hati saat mengonsumsinya. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan:

Pilih menu yang tepat

Bahan-bahan yang terdapat di dalam sushi Anda menjadi faktor penentu apakah itu cukup sehat atau tidak. Ikan biasanya rendah kalori, tinggi protein, dan mengandung nutrisi seperti omega-3. Ditambah dengan sayuran segar seperti timun dan avokad yang kaya akan lemak sehat, membuat sushi semakin sehat.

Namun, Farrell mengingatkan, sebaiknya hindari sushi dengan saus mayones. Juga menu sayuran goreng yang namanya ditambahkan “crunchy” atau “tempura”.

Kurangi saus dan mayones

Saus dan bumbu tambahan bisa meningkatkan kadar sodium dan lemak di sushi Anda. Mayones pedas, contohnya. Ia mengandung lemak dan kalori yang sangat terkonsentrasi. Zeratsky menyarankan agar kita mengonsumsi mayones seujung lidah saja–hanya untuk menambah rasa.

Shoyu atau saus kedelai fermentasi juga tidak bisa dipisahkan dari sushi. Namun, satu sendoknya saja mengandung 575 miligram sodium–sekitar 25% melewati batas harian yang dianjurkan.

Namun, bumbu sushi lainnya dikemas dengan penuh rasa dan nutrisi. Jahe yang diolah dalam bentuk acar sebagai pelengkap sushi, memiliki kandungan anti-inflamasi. Dan lobak merupakan sumber vitamin C yang luar biasa.

Ikan mentah yang berkualitas

Penikmat sushi harus berhati-hati saat makan ikan mentah. “Ada beberapa risiko dari mengonsumsi makanan mentah,” ujar Zeratsky. Antara lain, terkena penyakit yang disebakan oleh bakteri dan parasit.  Oleh sebab itu, Anda harus memastikan ikan tersebut benar-benar segar atau dibekukan dengan baik.

Menurut US Food and Drug Administration, ikan mentah tidak boleh didiamkan  selama dua jam di luar mesin pendingin (atau satu jam pada suhu 90 derajat). Ikan yang memiliki bau amis yang kuat merupakan tanda ia sudah tidak segar untuk dimakan.

Masalah lain yang perlu diperhatikan saat mengonsumsi sushi adalah merkuri – logam yang banyak ditemukan di alam namun diserap oleh hewan laut dan kurang akibat polusi.

Mengonsumsi merkuri dalam jumlah kecil masih aman bagi kebanyakan orang. Namun, itu bisa menghambat pertumbuhan awal manusia. Oleh karena itu, wanita hamil dan anak-anak disarankan untuk menghindari makanan laut yang mentah.

Maples mengatakan, salah satu cara mudah untuk meminimalisasi risiko merkuri adalah dengan mengubah menu sushi. “Dengan begitu Anda tidak mendapat sushi yang sama, lagi dan lagi,” ujarnya.

Cara lainnya: memilih seafood yang kaya akan asam lemak omega namun rendah merkuri, seperti salmon dan udang.

Baca Juga : Ingin Mencegah Depresi? Lakukan Olahraga Secara Teratur

Ubah jadi lebih sehat

Memesan sushi dengan timun dan avokad atau sashimi, yang disajikan tanpa nasi, merupakan cara makan sushi yang lebih sehat.

Jika memang ingin mengonsumsi sushi yang berisi nasi putih, cobalah untuk mengurangi porsinya. Anda bisa menambah makanan yang memiliki protein dan serat seperti edamame, sup miso, atau salad yang lebih sehat dan membuat kenyang lebih lama.

Satu lagi, Zeratsky mengingatkan, di mana pun kita makan sushi, jangan ragu untuk menanyakan bagaimana sushi Anda dibuat. Dengan begitu, Anda tahu bahan-bahan apa saja yang terdapat dalam pesanan dan bagaimana kualitasnya.