Tugu Australia dalam suasana gelumat Kota Balikpapan kini. (Arthamiya Hidayana)
Tampaknya Blamey melihat bahwa operasi Australia di Kalimantan tidak akan berhasil mengalahkan Jepang. Namun, Panglima Kawasan Barat Daya Pasifik Jenderal Douglas MacArthur yang telah merancang Operasi Oboe tetap bergerak ke Balikpapan.
Divisi Ketujuh Australia menangkap serdadu Jepang yang menjadi tawanan perang pada 1 Juli 1945. (Australian War Memorial)
Operasi Oboe-2 di Balikpapan merupakan serangan amfibi besar-besaran yang terakhir dalam Perang Dunia Kedua. Operasi militer ini juga menjadi ekspedisi terakhir bagi pasukan Australia dalam melawan Jepang.
Hingga saat ini, hubungan Republik Indonesia dan Australia memang mengalami pasang surut. Namun, plakat itu menorehkan sejuta kenangan karib bagi keduanya. “Sejak masa perang itu Indonesia dan Australia telah meningkatkan pertukaran di bidang kebudayaan pendidikan dan ekonomi,” ungkap plakat itu pada paragraf terakhirnya. “Kedua negara tersebut sekarang hidup dengan damai dan rakyatnya akan selalu mengingat mereka yang telah mengorbankan jiwanya untuk mencapai tujuan tersebut.”
Di baris paling akhir terdapat tiga kata yang menajdi himbauan kepada siapa saja untuk mengenang mereka yang tewas, “Lest We Forget”—jangan sampai kita lupa.
Satu keluarga Jawa memandang tugu peringatan Australian Imperial Force (AIF) di Balikpapan. (Lt.Prior/Australian War Memorial)
Sebuah foto koleksi Australian War Memorial, yang dibidik Letnan Prior pada 4 Januari 1946 di atas, melukiskan satu keluarga Jawa yang memandang tugu peringatan kepada serdadu Australian Imperial Force (AIF) yang tewas. Kini,
Salah satu bungker yang dibangun Jepang di sepanjang Pantai Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)