Lelah Berperang, Ini Detik-detik Soviet Mundur dari Afghanistan 30 Tahun Lalu

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 15 Februari 2019 | 12:00 WIB
Tentara Soviet mundur dari Afghanistan pada 15 Februari 1989. (Vitaly Armand/AFP)

Hingga akhirnya, pada 14 April 1988, Uni Soviet menandatangani perjanjian untuk menarik 100 ribu anggota pasukannya dari Afghanistan.

Proses mundurnya Soviet dari Afghanistan ini terbagi dalam dua fase. Masing-masing tahap mengevakuasi sekitar 50 ribu orang.

Yang pertama berlangsung pada 15 Mei-15 Agustus 1988. Sementara yang kedua dimaksudkan berlangsung pada 15 November, tapi mundur ke Desember.

Kondisinya cukup sulit. Kendaraan dari Kabul yang mengarah ke perbatasan harus melewati Salang Pass yang memiliki ketinggian 3.600 meter. Apalagi, saat itu Afghanistan sedang diserang musim dingin ekstrem.

Situasi bertambah parah mengingat kelompok mujahidin tidak pernah berhenti melawan Soviet, membuat para tentara kelelahan dan sekarat sampai akhir.

Letnan Jenderal Boris Gromov, mengumumkan bahwa pasukan Soviet di Afghanistan telah mundur sepenuhnya. (Vitaly Armand/AFP)

Tak ada perayaan

Di Kabul, tidak ada publisitas atau upacara spesial yang menandai kepergian tentara Soviet.

Ketika mereka akhirnya melintasi perbatasan Hairatan dan Jembatan Persahabatan pada 11.30 waktu setempat, barulah kemenangan Afghanistan dirayakan.

“Namun, ketika melihat perang saudara dan pertempuran hebat yang terjadi setelahnya, kami jadi berharap agar Tentara Merah tetap di Kabul saja,” kata Mohammad Salih, pedagang lokal yang kini berusia 76 tahun.

Ya, meskipun Soviet sudah pergi, tapi Perang Saudara antara pemerintah Afghanistan dan kelompok mujahidin masih berlangsung.

Baca Juga : Makam Serdadu dan Anjing Kesayangannya yang Dibantai Laskar Dipanagara

Tiga tahun kemudian, saat Soviet mengalami krisis dan tidak bisa lagi memberi dukungan kepada kubu pemerintah, presiden Mohammed Najibullah mengundurkan diri–menandai berakhirnya komunisme di negara tersebut. Pemerintahannya digantikan oleh salah satu faksi mujahidin. 

Dan kini, Afghanistan lebih retak dari sebelumnya. Perang baru yang lebih kejam 

Ruined, Afghanistan was more fractured than ever. A new, vicious civil war would soon break out before the Islamist Taliban seized power in 1996.