Bentuk Diskriminasi, Penyetopan Mobil Warga Kulit Hitam di Amerika

By Rahmad Azhar Hutomo, Rabu, 20 Februari 2019 | 12:00 WIB
Woodrow Vereen, Jr. Fairfield Avenue, Bridgeport, Connecticut (2015) Dua putra Vereen berkendara bersamanya saat dia dihentikan dan digeledah polisi karena menerobos lampu ku-ning. Dia memenangkan gugatan dan kini berjuang mencari cara menceritakan kepada anak-anaknya tentang menghormati polisi. (Wayne Lawrence)

Nationalgeographic.co.id - Jumlah pengendara berkulit hitam yang diminta untuk meminggirkan kendaraan oleh polisi, melampaui pengendara kulit putih. Hal ini menjadi perdebatan nasional terkait ras, karena banyak kaum minoritas melihat pesan yang mengganggu: Anda tak diinginkan di sini.

Sore hari yang indah dengan permainan baseball Little League ditemani oleh piza dan es Italia berubah menjadi mengerikan saat dua petugas polisi di Bridgeport, Connecticut, menghentikan Woodrow Vereen, Jr. karena mengemudi menerobos lampu kuning.

Seorang petugas gereja, Vereen berjuang untuk menjaga kontak mata dengan anak laki-lakinya saat salah satu dari petugas menginstruksikan Vereen, yang berkulit hitam, untuk keluar dari mobil dan membungkuk di atas tempat bagasi, lalu menggeledah tubuhnya.

Vereen bisa melihat air mata mengalir di mata anak-anak lelakinya yang berusia tujuh dan tiga tahun, saat mereka mengintip dari jendela belakang. Dia meringis malu saat orang-orang di halte bus terdekat melihat salah satu petugas menggeledah mobilnya.

Baca Juga : Mardi Gras, Parade Pertunjukan Gratis Terbesar di Amerika Serikat

Dia tak pernah menyetujui penggeledahan pada 2015, yang membuktikan bahwa ia tidak melanggar hukum. American Civil Liberties Union Connecticut menggugat atas nama Vereen, menuduh polisi menggeledahnya tanpa sebab yang jelas. Tahun lalu, dua tahun setelah kejadian tersebut, dia menerima uang atas kasus itu dari kota tersebut.

Namun penyetopan itu terus menghantuinya.

Penyetopan di jalanan—interaksi yang paling umum antara polisi dan masyarakat—telah menjadi titik fokus dalam perdebatan tentang ras, penegakan hukum, dan kesetaraan di Amerika.

Proporsi yang tidak seimbang dari perkiraan 20 juta penyetopan di jalan yang dilakukan polisi di AS setiap tahun, melibatkan pengemudi berkulit hitam, walaupun mereka belum tentu memiliki kecenderungan melanggar peraturan lalu lintas, dibandingkan dengan orang kulit putih. Pengemudi berkulit hitam dan Hispanik lebih sering digeledah dibandingkan orang kulit putih, walaupun mereka belum tentu membawa barang terlarang.

Jahmal Cole West 95th Street, Chicago, Illinois (Disetop pada 2017) Cole disetop di Chicago oleh petugas polisi yang salah menyatakan bahwa dia tak mengenakan sabuk pengaman. Cole, yang bibinya tak sengaja ditembak mati petugas Chicago pada 2015, mengatakan itu adalah keempat kalinya ia disetop dalam dua bulan. (Wayne Lawrence)

Di seluruh negeri, pengemudi kulit hitam dan Hispanik yang taat hukum, merasa ketakutan dan dipermalukan oleh tindakan semena-mena dari polisi, yang terlalu sering memandang mereka sebagai pelaku kriminal. Perlakuan semacam itu membuat perasaan kaum minoritas marah dan curiga terhadap polisi dan motif mereka.

Aktivis telah turun ke jalan untuk memprotes penembakan polisi terhadap orang kulit hitam yang tidak bersenjata. Para atlet, termasuk para memain Nasional Football League, berlutut atau mengepalkan tinjunya saat menyanyikan lagu kebangsaan di acara-acara olahraga untuk menyoroti ketidaksetaraan yang masih ada.

Vereen selalu mengatakan kepada anak-anaknya bahwa polisi adalah pahlawan super sejati. Sekarang, cerita itu harus berubah.

“Semua yang saya katakan kepada mereka tampaknya tidak nyata,” kata Vereen, 34. “Mengapa pahlawan super ini mencoba menyakiti ayah saya? Mengapa pahlawan super melakukan ini pada kita? Dia seharusnya berada di pihak kita.”

Terguncang akibat kasus penyetopan rutin yang berubah menjadi mematikan, banyak orang tua kulit hitam berlatih dengan anak-anak mereka, terkait apa yang harus dilakukan jika mereka disetop oleh polisi: turunkan jendela mobil sehingga petugas memiliki pandangan yang jelas, nyalakan lampu bagian dalam, jaga agar tanganmu tetap terlihat, letakkan SIM dan surat kendaraan di tempat yang mudah terjangkau, dan demi Tuhan, biarkan petugas itu tahu bahwa kamu hanya mengambil SIM dan surat kendaraan, agar ia tidak menembakmu.

Orang-orang kulit hitam dan Hispanik, khususnya, juga khawatir disetop jika mereka mengendarai mobil yang bagus di lingkungan masyarakat sederhana atau kelas atas, mengendarai mobil yang compang-camping di lingkungan tempat tinggal yang kebanyakan berisi warga berkulit putih, atau mengendarai jenis mobil apapun di daerah yang memiliki tingkat kejahatan tinggi. Hal ini memengaruhi semua orang, mulai dari menteri dan atlet profesional, hingga pengacara dan orang-orang super kaya.

Rosie Villegas-Smith, warga AS kelahiran Meksiko yang tinggal di Phoenix, Arizona, selama 28 tahun, telah disetop beberapa kali oleh deputi sheriff Maricopa County, yang terkenal suka memanfaatkan tuduhan pelanggaran lalu lintas ringan, untuk memeriksa status imigrasi pengemudi Hispanik.

Pada 2011, penyelidik federal menemukan bahwa departemen tersebut menyetop pengemudi Hispanik hingga sembilan kali lebih sering dibandingkan dengan pengendara lainnya. Penyetopan itu adalah bagian dari tindakan keras terhadap imigran tak berdokumen, yang diperintahkan oleh Joe Arpaio, sheriff Maricopa County yang bertugas dari 1993 sampai 2016.

Pengadilan memutuskan bahwa penyetopan-penyetopan tersebut ilegal, namun Arpaio tak dapat dihentikan dan dinyatakan bersalah atas pelecehan pidana pada Juli 2017. Presiden Donald Trump—yang telah memicu ketegangan rasial dengan menyerangi imigran—memberi maaf kepada Arpaio pada bulan berikutnya. Arpaio baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mencalonkan diri di senat AS.

Data statistik tentang penyetopan di tempat lain, adalah samar. Namun, data ini menunjukkan pola yang sama bahwa orang kulit hitam dan Hispanik disetop dan digeledah lebih sering dibandingkan orang lainnya. Hal ini terlihat di mana-mana, memengaruhi pengemudi di kota, daerah pinggiran, dan pedesaan. Pria memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan wanita, dan bagi pria kulit hitam ini merupakan pengalaman universal.

Sebuah studi pada 2017 di Connecticut—salah satu dari sedikit negara bagian yang mengumpulkan dan menganalisis data penyetopan lalu lintas yang komprehensif—menemukan bahwa polisi menyetop pengemudi kulit hitam dan Hispanik secara tidak proporsional pada siang hari, saat petugas bisa dengan lebih mudah melihat siapa yang berada di belakang kemudi.

Banyak departemen kepolisian yang memiliki kebijakan dan pelatihan untuk mencegah pengenalan berdasarkan rasial, tapi peraturan itu bisa menguap dalam pekerjaan polisi sehari-hari.

“Salah satu alasan kaum minoritas dihentikan secara tidak proporsional adalah karena polisi melihat pelanggaran di tempat mereka berada,” kata Louis Dekmar, ketua International Association of Chiefs of Police, yang mengelola departemen kepolisian di LaGrange, Georgia.

“Kejahatan seringkali jauh lebih tinggi terjadi di lingkungan minoritas. Dan di tempat itulah kita mengalokasikan sumber daya kita. Itulah paradoksnya.”

Robert L. Wilkins adalah seorang pembela umum pada 1992, saat dia dan beberapa anggota keluarga disetop seorang petugas patroli lalu lintas negara bagian Maryland, saat kembali ke Washington D.C. dari pemakaman kakeknya di Chicago. Petugas itu menuduh mereka mengebut, lalu ingin menggeledah Cadillac sewaan mereka.

“Jika Anda tidak menyembunyikan sesuatu, lalu apa masalahnya?” kata polisi itu saat mereka menyatakan keberatan mereka.

Hakim Robert L. Wilkins I-68, Exit 43C, Cumberland, Maryland (1992) Wilkins dan tiga anggota keluarganya disuruh menunggu, dan bagian luar mobil sewaan mereka diendusi anjing pelacak narkoba setelah petugas patroli negara bagian menghentikan mereka karena diduga mengebut pada 1992. (Wayne Lawrence)

Petugas menyuruh mereka menunggu kedatangan anjing pelacak narkoba. Saat Wilkins dan keluarganya berdiri di pinggir jalan raya, anjing gembala jerman mendengusi “tampaknya hampir setiap inci persegi eksterior mobil,” kenang Wilkins.

Tak lama kemudian, ada lima atau enam mobil polisi di sekitar mereka. Pada satu titik, Wilkins, yang kini menjadi hakim di Pengadilan Banding AS untuk District of Columbia, melihat pasangan kulit putih dan kedua anak mereka menatap saat berkendara melewati. Dia membayangkan, mereka berpikiran buruk.

Katanya, “Mereka melihat orang kulit hitam dan berpikir, ‘Ini adalah orang jahat.’”

Wilkins mengajukan gugatan perwakilan kelompok dengan tuduhan penggeledahan ilegal dan pembedaan ras, dan negara bagian Maryland menyetujuinya, terutama terkait ditemukannya dokumen polisi yang mengingatkan petugas untuk mencari orang kulit hitam dengan mobil sewaan, yang diduga mengangkut kokain.

Penyelesaian terkait hal ini mewajibkan polisi negara bagian untuk mencatat data statistik berkenaan dengan data ras dan etnis pengendara yang disetop. Gugatan yang kedua memaksa polisi untuk mengubah sistem pengaduan terkait hal ini. Perubahan itu menghasilkan beberapa peningkatan, dan angka disparitas rasial penyetopan di Maryland berkurang menjadi setengahnya.

Deborah Wright Dixwell Avenue dan Benham Road, Hamden, Connecticut (2014) Wright disetop petugas polisi Hamden yang dengan nada tajam meminta SIM dan surat kendaraannya. Suaranya berubah saat menyadari, Wright bertugas di komisi polisi sipil di West Haven. Dia pun dengan sopan menjelaskan, stiker registrasi mobilnya telah habis masa berlakunya. (Wayne Lawrence)

Hal yang tersisa, bagaimanapun, adalah penghinaan dan kemarahan yang dirasakan para pengemudi. “Ada kekuatan yang ingin mereka gunakan, yang Anda harus alami. Dan apa yang bisa Anda lakukan terkait hal itu?” ujar Smith.

“Ada yang teror yang melekat dalam masyarakat kita, dan itu salah.” 

Bobby McGee dan Keluarga South Princeton Avenue, Chicago, Illinois (beberapa tanggal) Hampir semua orang dewasa di keluarga McGee, yang ditampilkan di sini, di dekat rumah South Side milik Bobby McGee (kanan jauh), mengatakan bahwa mereka telah diperlakukan berbeda akibat ras atau dianiaya oleh polisi Chicago. Kejadian yang berulang ini mengakibatkan kecurigaan terhadap para petugas yang telah disumpah untuk melindungi mereka. (Wayne Lawrence)

Polisi Chicago berulang kali menjadi subjek gugatan hukum dan investigasi akibat adanya petugas yang menggunakan pemaksaan berlebih, saat berhadapan dengan warga kulit hitam dan Hispanik. Ada pula keluhan bahwa kasus yang melibatkan tersangka polisi yang melakukan kesalahan, tidak ditangani dengan benar.

Pada 2013, Shelly (McGee) Quiles (ketiga dari kanan) disetop oleh seorang petugas gara-gara mengobrol di ponselnya saat pulang ke Lake Shore Drive. Dalam keadaan hamil anak ketiganya saat itu, Quiles mengatakan bahwa dia tertegun saat petugas tersebut mulai berteriak padanya. Dia bilang petugas itu mencengkeram kerahnya dan mengancamnya. Petugas kemudian menulis surat tilang akibat berbicara di telepon saat mengemudi, meremas surat itu, dan melemparkannya ke arahnya, katanya.

Dia mengajukan pengaduan terkait petugas tersebut, menuduh adanya pelecehan. Sebuah kelompok panel yang meninjau kembali tindakan polisi menemukan, bahwa keluhan tersebut tidak berdasar, sama halnya dengan kasus bagi 99 persen keluhan warga yang diajukan kepada departemen kepolisian kota, dari Maret 2011 sampai Desember 2015.

Daniel Magos South 27th Avenue dan West Durango Street, Phoenix, Arizona (2009) Daniel dan istrinya, Eva, dihentikan dan digeledah oleh seorang deputi sheriff Maricopa County yang mengatakan bahwa dia tidak dapat membaca pelat nomor di truk pikap mereka. Penyetopan itu tak menghasilkan surat tilang, tetapi penghinaan pinggir jalan itu menghantui pasangan itu, bahkan saat Eva meninggal pada 2016. (Wayne Lawrence)

Daniel Magos hendak memperbaiki rumah saat seorang deputi sherrif Maricopa County melaju menyejajari mobilnya, melambat, dan menatap Daniel dan istrinya, Eva. Deputi itu berputar, menyalakan lampu daruratnya, dan berhenti di belakang mereka.

Setelah itu, departemen di bawah Sheriff County Joe Arpaio itu kemudian berada dalam penyelidikan federal, terkait penahanan secara ilegal ribuan orang Hispanik di daerah Phoenix, sebagai bagian dari tindakan keras pada imigran yang tidak berdokumen. Daniel dan istrinya adalah warga AS, namun kulit cokelat mereka tampaknya menyebabkan mereka tertangkap.

Sambil berteriak, deputi itu mendekat dengan tangan kanan membawa senjata, dan meminta SIM. Ia kemudian menggeledah tas Eva dan menggeledah Daniel, tapi tidak menemukan hal ilegal. Deputi itu melepaskan mereka, tetapi keluarga itu merasa malu dan marah.

Daniel, kini 72, bergabung dengan gugatan perwakilan kelompok. Akhirnya hakim federal menyatakan bahwa departemen Arpaio terlibat dalam perlakuan pembedaan berdasarkan ras dan penyetopan tanpa dasar hukum. Bersikeras, Arpaio tetap mempertahankan taktiknya dan didakwa melakukan penghinaan terhadap pengadilan. Namun, ia diampuni oleh Presiden Trump. Penghinaan ini membebani Eva hingga dia meninggal tujuh tahun kemudian, kata Daniel.

Anquan Boldin dan C.J. Jones PGA Boulevard dan Interstate 95, Palm Beach Gardens, Florida (2015) Mantan pemain football pro Anquan Boldin (sebelah kiri) berdiri bersama sepupunya C.J. Jones di dekat tempat saudara laki-laki Jones, Corey, ditembak mati oleh petugas polisi Palm Beach Gardens. Petugas Nouman Raja dipecat dan dalam tahanan rumah, menunggu persidangan dengan tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan tingkat pertama dengan senjata api. (Wayne Lawrence)

Baca Juga : Kegelisahan Warga Kulit Putih Amerika

Penembakan polisi saat penyetopan di jalan secara statistik jarang terjadi. Akan tetapi, secara tidak proporsional, dialami oleh pengemudi kulit hitam dan Hispanik. Rasa sakit yang dialami oleh keluarga dan kerusakan yang diakibatkan terkait perilaku terhadap polisi, tak terhitung.

Pemain National Football League Anquan Boldin, 37, pensiun pada 2017 setelah karir 14 tahun, sebagian karena sepupunya yang lebih muda, Corey Jones, dibunuh oleh seorang petugas polisi berpakaian preman, saat Jones sedang memanggil sebuah truk derek untuk mobil SUVnya yang mogok. Boldin telah berjuang untuk mendamaikan ingatannya tentang Jones—selalu tersenyum, tidak pernah bersikap konfrontatif—dengan kematiannya yang kejam. Kini, Boldin sedang berusaha untuk memunculkan kesadaran, terhadap kasus tersebut, dan hal-hal semacam itu.

Dia mengatakan sedikit orang kulit putih memahami penghinaan yang dialami oleh banyak orang Afrika Amerika. Tumbuh di Florida, Boldin ingat pergi ke toko dengan teman-temannya dan diizinkan masuk hanya satu per satu. Sebagai atlet jutawan, dia telah disetop berulang kali.

“Saat masih muda, Anda tahu ada yang tidak beres, tetapi Anda tidak mengerti,” kata Boldin.

“Dan kemudian, semakin bertambah usia Anda, semakin Anda menyadari dengan tepat apa itu.”

Penulis: Michael A. fletcher

Fotografer: Wayne Lawrence