Benarkah Melewatkan Sarapan Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan?

By National Geographic Indonesia, Jumat, 1 Maret 2019 | 07:00 WIB
Ilustrasi menu sarapan. (juefraphoto/Getty Images/iStockphoto)

Pandangan umum pendukung sarapan lain adalah, selain mengurangi obesitas, betapa pentingnya sarapan bagi kesehatan mental bagi anak-anak. Lagi-lagi dengan bukti dari lebih 20 percobaan, ketika ditinjau secara independen hasilnya lemah dan inkonsisten, juga mungkin bias untuk orang dewasa.

Baca Juga : Atasi Rasa Lelah Pada Mata Dengan Melakukan Enam Hal Berikut

Bukti mulai bermunculan bahwa waktu makan yang dibatasi dan menambahkan rentang waktu berpuasa dapat membantu beberapa orang mengurangi berat badan. Beberapa perkembangan terbaru yang terlihat berbanding terbalik dengan pemikiran tradisional ini masuk akal jika kita mempertimbangkan pentingnya mikrobioma usus terhadap kesehatan dan metabolisme kita. Seratus triliun mikroba usus memiliki ritme harian dengan komposisi bervariasi ketika dalam keadaan berpuasa dan saat diberi makan. Data menunjukkan kumpulan mikroba dapat memanfaatkan waktu puasa dengan waktu singkat. Mereka, seperti kita, perlu istirahat dan memulihkan diri.

Beberapa dari kita diprogram untuk lebih suka makan makanan lebih awal di hari itu dan beberapa orang lainnya suka makan lebih telat. Perbedaan ini mungkin cocok dengan metabolisme pribadi kita yang unik. Sekitar sepertiga orang di negara-negara maju secara teratur melewatkan sarapan sementara banyak orang lain menikmatinya. Ini tidak berarti bahwa setiap orang yang kelebihan berat badan akan mendapat manfaat dari melewatkan sarapan. Tidak ada satu aturan yang cocok untuk semua. Pedoman diet yang diisi dengan informasi yang keliru terlihat akan kontraproduktif dan tidak sehat.

Populasi yang berbeda memiliki kebiasaan sarapan yang berbeda-beda, tapi sebelum Anda pergi berburu, mengapa tidak mencoba eksperimen melewatkan sarapan dengan cara Anda sendiri–mungkin cara ini cocok dengan Anda.

Reza Pahlevi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

Ilustrasi menu sarapan. (juefraphoto/Getty Images/iStockphoto)

Tim Spector, Professor of Genetic Epidemiology, King's College London dan Jeff Leach, Visiting Research Fellow, King's College London

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.