Terancam Punah dan Terusir, Malangnya Nasib Orangutan di Batang Toru

By National Geographic Indonesia, Sabtu, 2 Maret 2019 | 10:00 WIB
Orangutan Tapanuli di habitatnya di Batang Toru. (Tim Laman/National Geographic)

Stan menjelaskan orangutan betina tidak bisa berovulasi (melepaskan sel telur yang siap dibuahi-red) dan melahirkan anak apabila tidak mendapat makanan yang cukup. Dan hal itu menyebabkan lambatnya reproduksi orangutan Tapanuli.

“Jadi, kalau populasi orangutan Tapanuli menjadi padat di daerah yang kekurangan makanan, reproduksi mereka akan lambat. Pada akhirnya jumlah akan berkurang tentu saja faktor utama yang memutuskan mengenai jumlah orangutan Tapanuli di sini adalah makanan," jelas Stan.

Jika bagian dataran rendah hilang, atau tidak bisa lagi diakses oleh orangutan Tapanuli. Pada akhirnya mereka akan berkurang, karena makanan di wilayah dataran tinggi tak memadai. Bukan tidak mungkin orangutan Tapanuli yang merupakan spesies istimewa milik Indonesia akan punah dan hanya tinggal cerita.

Orangutan Tapanuli yang baru ditemukan 2017 lalu, kini terancam punah. (Tim Laman/National Geographic)

Soliter

Setelah mengulas beberapa ancaman yang menyebabkan orangutan Tapanuli bisa punah. Lalu, bagaimana dengan pola hidup orangutan Tapanuli? Ternyata orangutan Tapanuli dikenal soliter atau suka menyendiri. Sejak usia belia orangutan Tapanuli sudah menunjukkan independensi.

Fakta tersebut disampaikan Riset Koordinator Orangutan Tapanuli Stasiun Batang Toru, Sheila Kharismadewi Silitonga kepada VOA, mengatakan orangutan Tapanuli yang memiliki pola hidup lebih soliter menjadikannya lebih banyak menghabiskan waktu sendirian untuk mencari makanan.

Menurut Sheila, pada usia 2 tahun anak orangutan Tapanuli sudah mulai belajar mencari makan sendiri, meski masih mengikuti induknya mencari makan.

"Tergantung seberapa sulit makanan itu untuk diproses. Ada buah-buahan tertentu yang bisa langsung dimakan oleh anak orangutan Tapanuli. Ada buah tertentu yang cukup sulit dimakan," papar Sheila.

"Misalnya, buahnya keras atau sulit diperoleh sehingga dia harus minta bantuan dari induknya untuk mendapatkan makanan. Makin dewasa. Dia akan makin independen," kata Sheila menambahkan.

Namun, perempuan yang telah meneliti pola hidup orangutan Tapanuli selama satu tahun ini belum bisa memberikan kesimpulan perbedaan perilaku mencolok dengan orangutan Sumatra dan orangutan Kalimantan.

Baca Juga : Unik! Hewan Tanpa Mata Ini Memiliki 414 Kaki dan Empat Penis

Para peneliti juga baru mulai mempelajari orangutan Tapanuli sebagai spesies yang berbeda baru setahun belakangan. Sebelumnya, orangutan Tapanuli hanya dianggap sebagai orangutan Sumatra.

"Jadi, kami belum bisa bilang apa-apa karena sebenarnya untuk bicara tentang sebuah perilaku primata terutama orangutan butuh waktu observasi yang lama. Dalam waktu satu tahun saja tidak cukup. Sebab dalam satu tahun itu kita tidak setiap hari ketemu orangutan Tapanuli," ungkapnya.

Secara genetik orangutan Tapanuli lebih dekat dengan orangutan Kalimantan daripada orangutan Sumatra. Kecenderungan perbedaan juga bisa dilihat dari bentuk tubuh orangutan Tapanuli yang lebih kecil dibanding orangutan Sumatra dan orangutan Kalimantan. Namun, orangutan Tapanuli memiliki keunikan. Orangutan Tapanuli tidak akan pernah turun dari pohon selama hidup di hutan. Berbeda dengan orangutan Kalimantan yang suatu saat akan turun memijak tanah.

Hal tersebut disebabkan lantaran kawasan hutan di bumi Andalas masih banyak dihuni hewan buas seperti harimau Sumatra. Alasan itu membuat orangutan Tapanuli dan orangutan Sumatra yang hidup liar dan tidak akan pernah memijak tanah. 

Artikel ini pernah tayang di voaindonesia.com, penulis: Anugrah Andriansyah. Baca artikel sumber