Gambar dari Teleskop Luar Angkasa Ungkap Cuaca di Uranus dan Neptunus

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 7 Maret 2019 | 08:30 WIB
Uranus (kiri) dan Neptunus (Kanan) dilihat dari citra teleskop Hubble. (NASA/ESA)

Nationalgeographic.co.id - Wilayah terluar tata surya adalah wilayah yang paling kurang dieksplorasi, tapi para ilmuwan telah berhasil mengungkap beberapa misteri dalam beberapa pekan terakhir.

Pada pergantian tahun baru kemarin, pesawat ruang angkasa NASA New Horizons mendeteksi objek es Ultima Thule untuk pertama kalinya, memberi gambaran bagaimana objek tersebut bisa terbentuk.

Para astronom juga baru saja menemukan bulan yang sebelumnya tidak dikenal yang mengorbit Neptunus, yang dinamakan “Hippocamp”.

Penemuan lain, berkat citra baru dari Teleskop Luar Angkasa Hubble, terlihat bahwa ada berbagai pola cuaca yang menarik di atmosfer Neptunus dan Uranus. Jadi bagaimana rasanya jika berada di sana?

Kita biasanya menyebut Uranus dan Neptunus sebagai “raksasa es” karena mereka memiliki besar empat kali diameter Bumi. Berbeda dengan raksasa-raksana gas Saturnus dan Jupiter, Neptunus dan Uranus memiliki kadar hidrogen dan helium yang lebih rendah dan memiliki konsentrasi bahan molekul berat yang lebih tinggi seperti metana, air, dan amonia.

Uranus sangat menarik karena ia juga satu-satunya planet di tata surya yang berotasi secara menyamping. Musim panas utara di Uranus berlangsung selama 21 tahun dan kutub utaranya menerima sinar matahari terus-menerus, sedangkan kutub selatan berada dalam kegelapan yang terus-menerus.

Kemiringan sumbu rotasi Uranus ini diyakini sebagai hasil dari tumbukan dengan objek lain yang setidaknya sebesar Bumi. Tumbukan seperti itu akan melepaskan cadangan panas internal planet tersebut atau menciptakan lapisan partikel yang secara efektif menginsulasi interior planet–sehingga mencegah aliran panas mengalir ke luar angkasa.

Neptunus, tidak mengalami tumbukan seperti itu, sehingga aliran panas masih keluar. Dengan demikian, kedua planet ini memiliki suhu yang hampir sama (dalam beberapa derajat) meski Uranus berada 33% lebih dekat dari matahari.

Cuaca di Uranus

Tidak adanya aliran panas internal yang signifikan di Uranus berarti atmosfer planet ini jelas kurang aktif dibandingkan Neptunus. Faktanya atmosfer Uranus di musim dingin adalah atmosfer terdingin di sistem planet tata surya. Ketika Voyager 2 terbang melewati Uranus pada 1986, planet ini muncul sebagai bola cakram hijau-biru yang sebagian besar seragam. Namun, pada tahun-tahun setelah itu, para ilmuwan telah menyadari bahwa bahkan planet yang mati dan dingin ini ternyata memiliki atmosfer yang sangat dinamis.

Tapi citra baru dari Hubble Space Telescope menunjukkan awan putih besar yang sebelumnya tak terlihat. Awan putih ini kemungkinan terdiri dari amonia atau es metana yang menyelimuti kutub utara (lihat gambar muka di atas). Jelas terlihat di tepi awan besar ini adalah awan es metana yang lebih kecil yang berputar di sekitar tepi awan yang lebih besar. Struktur awan ini mungkin terbentuk secara musiman, yang dihasilkan dari sinar matahari yang konstan di kutub utara.

Di sekitar khatulistiwa Uranus kita juga dapat melihat garis awan tipis (gambar atas). Bphoagaimana awan tipis ini terbentuk masih belum dipahami. Kecepatan angin di Uranus sangat tinggi sehingga dapat menggerakkan awan hingga kecepatan 560 mph (901 km/h), sehingga awan tersebar di area yang luas.

Semua sistem atmosfer planet memiliki sistem sirkulasi latitudinal yang seharusnya, secara teori, juga mendistribusikan garis awan di daerah latitudinal yang lebih luas. Mungkin saja awan metana ini entah bagaimana dibatasi oleh pola sirkulasi ini, karena ketinggian atau ketidakstabilan kimia.