Jika kita dapat mengunjungi Uranus, kecepatan angin pada ketinggian yang setara dengan tekanan atmosfer permukaan Bumi dapat mencapai 250 meter per detik, atau kira-kira tiga kali lebih cepat dari badai kategori lima. Pastikan Anda membawa mantel, karena suhu di ketinggian ini sangat dingin -200C.
Cuaca di Neptunus
Sekencang apa pun angin Uranus, hal itu tidak seberapa dibandingkan dengan raksasa es lainnya. Neptunus mememiliki kecepatan angin supersonik lebih dari 1.300 mph (2092 km/h) dan banyak badai. Yang paling terkenal dari badai tersebut adalah Bintik Hitam Besar yang diamati secara dekat oleh Voyager 2 pada 1989. Sistem badai besar ini meliputi area yang kira-kira setara dengan seperenam luas permukaan Bumi.
Dalam citra Hubble terbaru, ada sistem badai lain terlihat di dekat kutub Utara. Badai ini disertai dengan awan terang terbuat dari kristal es metana. Badai ini tampak lebih gelap daripada sekitarnya karena badai tersebut merupakan lubang-lubang yang memperlihatkan lapisan dalam atmosfer Neptunus. Lubang-lubang ini laiknya inti angin topan di Bumi yang memungkinkan Anda untuk melihat permukaan dari luar angkasa.
Seperti di Jupiter dan Saturnus, sistem badai raksasa ini diyakini didukung oleh panas yang mengalir keluar dari planet, yang tersisa dari proses kelahiran planet ini sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Sekali lagi, berkunjung ke sana akan bermasalah, dengan suhu yang mirip dengan Uranus tapi dengan kecepatan angin yang dua kali lipat lebih cepat. Neptunus adalah planet paling berangin di tata surya.
Planet-planet raksasa es tersebut adalah jenis “planet ekstrasurya” (exoplanet)yang paling sering diamati. Exoplanet adalah planet yang mengorbit bintang selain matahari kita. Jika kita tahu lebih banyak tentang Uranus dan Neptunus, maka kita dapat memahami lebih banyak tentang planet-planet di seluruh alam semesta.
Tentu saja, idealnya kita bisa melakukan perjalanan ke planet-planet tersebut. Sayangnya, terlepas dari jarak yang sangat jauh, tapi juga suhu yang sangat dingin, badai besar, dan angin kencang membuatnya sangat tidak cocok untuk kunjungan manusia. Jadi untuk saat ini, kita harus mengandalkan teleskop seperti Hubble untuk memberi tahu kita tentang raksasa es lokal kita.
Gareth Dorrian, Post Doctoral Research Associate in Space Science, Nottingham Trent University dan Ian Whittaker, Lecturer, Nottingham Trent University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.