Suasana Ketika Hindia Belanda Sekarat

By Mahandis Yoanata Thamrin, Minggu, 10 Maret 2019 | 12:52 WIB
Keadaan serdadu Inggris dan Australia di salah satu kamp tawanan perang Jepang di Batavia. (Lieutenant R. J. Buchanan/Australian War Memorial)

Monumen KNIL di Ereveld Pandu, yang menampilkan serdadu dengan klewang dan karabin. Didesain oleh Therese de Groot-Haider pada 1991. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)
 

“Kami mencari-cari hingga horizon, namun tidak menemukan apapun kecuali bercak asap hitam sisa ledakan peluru penangkis serangan udara,” ungkap McDougall.

“Sasoedanja Djepang berkoeasa di sini 6 minggoe lamanja, moelai dilakoeken penangkapan pada pemimpin-pemimpin dan journalist-journalist Tionghoa,” ungkap Nio Joe Lan.

Nio, yang saat itu berusia 38 tahun, diciduk di rumahnya di Jakarta. Bersama warga Tionghoa laki-laki dari beberapa kota di Jawa, mereka menjadi tawanan Jepang. Awalnya, Nio dan warga Tionghoa lainnya ditempatkan di Bukit Duri, lalu dipindah ke Serang. Kamp terakhirnya adalah Tjimahi, bersama 9.000 warga Belanda.