Lima Fakta Tentang Majapahit, Kerajaan Terbesar di Nusantara

By National Geographic Indonesia, Sabtu, 16 Maret 2019 | 09:00 WIB
Wilayah Kerajaan Majapahit. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

3. Panglima tertinggi Gajah Mada

Keberhasilan Hayam Wuruk tak lepas dari pengaruh Gajah Mada. Menurut Negarakertagama, dia adalah panglima tertinggi, mahapatih, sekaligus tangan kanan Hayam Wuruk.

Diperkirakan Gajah Mada lahir pada awal abad ke-14 dari kalangan rakyat biasa. Untuk menjadi bagian pasukan kerajaan, dia harus menempa diri melebihi orang lain dan menjadi Maha Patih tidak didapat dengan cuma-cuma.

Gajah Mada diyakini sebagai Lembu Muksa atau titisan dari Dewa Wisnu. Dengan keyakinan masyarakat tersebut, Gajah Mada mendapat legitimasi yang sangat kuat dari seluruh rakyat Majapahit, sehingga mendapatkan dukungan kepatuhan yang kuat dari rakyat dan kepercayaan yang besar dari Raja.

Awal kariernya dimulai sebagai anggota prajurit Bhayangkara. Karena kemampuannya, ia pun diangkat menjadi Bekel atau Kepala Prajurit Bhayangkara dengan tugas memimpin pasukan pengaman dan pengawal Raja.

Pada 1321, dia dipromosikan menjadi Patih di Daha, wilayah yang lebih luas dibanding sebelumnya, menggantikan Arya Tilam. Di sana, Gajah Mada mendapat pendidikan, pelatihan, dan bimbingan dari Maha Patih Maja Patih saat itu, yaitu Arya Tadah. Melihat kemampuan Gajah Mada yang luar biasa tampaknya membuat Arya Tadah sengaja mengkader Gajah Mada untuk menggantikan posisinya kelak.

4. Sumpah Palapa

Sumpah Palapa sebenarnya adalah janji politik yang diucapkan Gajah Mada ketika dilantik sebagai Maha Patih. Ini adalah janji yang sangat melegenda hingga saat ini dan mungkin akan selalu dikenang. Berikut Sumpah Palapa seperti dimuat dalam kitab Pararaton:

"Sira Gajah Mada Pepatih amangkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada : “Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman ingsun amukti palapa.”

Artinya : Beliau Gajah Mada menjabat Patih Mangkubumi tidak ingin menikmati palapa, beliau Gajah Mada berkata : “Kalau sudah kalah seluruh Nusantara, saya akan menikmati palapa : Kalau sudah kalah Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang (Semenanjung), Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik (Singapura), pada waktu itulah saya menikmati palapa.

Janji politik yang benar-benar diwujudkannya untuk menyatukan Nusantara, yaitu kawasan yang lebih besar dari Indonesia tapi meliputi seluruh semenanjung Malaya (Malaysia dan Singapura), Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sunda kecil, Bali, Maluku, Papua, hingga wilayah Darwin (Australia).

Baca Juga : Kisah Tak Terperi Para Kuli Hindia Belanda

5. Runtuhnya Majapahit

Kematian Gajah Mada pada 1364 menjadi awal redupnya kejayaan Majapahit. Namun belum ada yang dapat memastikan penyebab kematian sang Maha Patih.

Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk sangat terpukul dan menolak menunjuk Maha Pahit lain. Alasan Hayam Wuruk melakukan itu karena dia berutang budi pada Gajah Mada yang membawa puncak keemasan dan sangat menghormatinya.Artikel ini telah tayang di Kompas.com, penulis: Gloria Setyvani Putri. Baca artikel sumber