Penelitian: Polusi Udara Membunuh Lebih Banyak Orang Dibanding Rokok

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 18 Maret 2019 | 09:42 WIB
Paparan partikel polusi udara dapat menurunkan fungsi otak. (Jaroslav Moravcik/Fotolia)

Nationalgeographic.co.id – Menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada European Heart Journal, polusi udara kini membunuh lebih banyak orang dibanding rokok.

Penelitian terbaru yang dipimpin ilmuwan dari Max Planck Institute for Chemistry ini, menyatakan bahwa pencemaran udara bertanggung jawab atas sembilan juta kelahiran prematur setiap tahunnya. Angka ini meningkat dua kali lipat dari yang diperkirakan.

Baca Juga : Diterjang 74 Peluru, Orangutan Sumatera Kritis dan Sang Anak Kehilangan Nyawa

Data menunjukkan pencemaran udara menjadi penyebab 8,8 juta kematian. Di Eropa sendiri, diyakini ada sekitar 790 ribu orang yang mengalami kematian dini akibat udara buruk.

“Dengan ini, artinya polusi udara menyebabkan lebih banyak kematian ekstra dalam setahun dibanding rokok yang memicu 7,2 kematian pada 2015,” papar Profesor Thomar Munzel, peneliti dari Department of Cardiology at the University Medical Centre Mainz.

“Merokok bisa dihindari, tapi polusi tidak,” imbuhnya.

Penelitian ini menggunakan metode baru yang mengambil banyak pandangan, termasuk dari tingkat polusi udara di berbagai negara, dampak negatif polusi, serta faktor penyebab pencemaran seperti kepadatan populasi, usia, dan kualitas fasilitas kesehatan.

Beberapa kematian di Eropa yang berkaitan dengan polusi, sekitar 40 ningga 80%-nya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke. 

Pencemaran udara diketahui dapat memengaruhi jantung dan sirkulasi darah dalam berbagai cara, terutama dengan merusak dinding pembuluh darah Anda dan membuatnya menjadi lebih sempit. Pada akhirnya, itu akan mengganggu fungsi elektrik jantung dan penyumbatan darah.

Studi terbaru ini secara khusus meneliti dampak PM2.5, yakni partikel kecil (berukuran tidak lebih dari 2,5 mikrometer atau 0,0025 milimeter) yang dapat menembus ke dalam paru-paru dan sistem pernapasan. Partikel berbahaya ini kebanyakan berasal dari knalpot kendaraan, pembakaran kayu, produksi industri, dan bahan bakar fosil. 

Baca Juga : Sering Mengonsumsi Makanan Cepat Saji? Waspadai Beberapa Hal Berikut 

Dengan adanya penelitian terbaru ini, tim ilmuwan meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengubah batas kadar PM2.5 yang ditetapkan selama ini. 

"Karena sebagian besar partikel dan polutan udara lainnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, kita perlu beralih ke sumber lain untuk menghasilkan energi," kata Profesor Jos Lelieveld, dari Max Planck Institute for Chemistry/

"Ketika menggunakan energi yang lebih bersih dan terbarukan, kita tidak hanya memenuhi Perjanjian Paris untuk mengurangi dampak perubahan iklim, tapi juga bisa mengurangi tingkat kematian terkait polusi udara di Eropa hingga 55%," pungkasnya.