Kehidupan Sosial Batavia di Mata Lelaki Ningrat Jawa Abad Ke-19

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 29 Maret 2019 | 12:15 WIB
Suasana Pasar Senen, Batavia, tak jauh dari tempat bermukim sementara Raden Aria Sastra Darma di Tanah Njonja. (Tropenmuseum)

Justru warga Kota Batavia sendiri yang kerap berkelakar dengan menjulukinya si singa itu sebagai “anjing pudel kami”.

Warga Cina di Batavia, sekitar 1870. Orang Cina dikenal sebagai orang yang pandai mencari untung, ungkap Raden Arie Sastra Darma. (Tropenmuseum)
 
Tampaknya, Sastra Darma menyusuri perjalanan darat dari Surakarta ke Semarang. Kemudian dilanjutkan dengan kapal yang berlabuh ke Tanjungpriok, Batavia. Sang Raden tiba di Batavia pada Minggu, 15 Oktober 1865. Dia menginap di sebuah rumah milik sahabat lamanya yang berada di Jalan Tanah Nyonya No.38, dekat kawasan pecinan Pasar Senen, Weltevreden, Batavia. Selama di kota itu dia melancongi tempat-tempat menarik.

Sementara julukan untuk orang-orang Surakarta dan Yogyakarta yang bermukim di Batavia adalah “orang peperut”.

Julukan itu diberikan kepada orang yang gandrung minum-minuman keras, menghisap candu, dan jarang bersembahyang.

Sementara, Sang Raden melanjutkan pemeriannya, orang Slam rajin salat lima waktu dan tak berminat untuk usaha membungakan uang. Mereka membeli rumah dan menyewakannya, mirip orang-orang Arab yang bermukim di kawasan kota lama, demikian menurut kisahnya. Namun, ada hal garib dalam budaya orang Slam. Menurutnya, orang Slam memberikan bayaran untuk segala hal, bahkan membayar  orang-orang yang menyalatkan jenazah kerabat mereka.

Selembar kartu pos yang menampilkan pemandangan Waterlooplein, kini Lapangan Banteng. Tampak Daendels Paleis nan anggun bercat putih. (Wikipedia)

Baca Juga : Keraton Yogyakarta Terlibat dalam Siasat Menjebak Dipanagara?

Tampaknya berbeda dengan di Jawa, tata administrasi di Batavia sungguh ketat. “Setiap pukul delapan malam diadakan pemeriksaan di jalan-jalan; mereka yang tidak membawa keterangan diri akan ditahan tiga hari,” tulisnya. “Orang yang bepergian lewat pukul tujuh malam dilarang membawa senjata dan barang apapun.”

Sastra Darma juga mengungkapkan lembaga kepolisian di Batavia yang tegas, tanpa pandang bulu. "Semua perkara dan persoalan diselesaikan dengan cepat dan tidak memungut bayaran sama sekali," ungkapnya. "Demikian berlaku untuk segala bangsa."