Laboratorium Alam Karongsong, Pusat Belajar dan Budidaya Mangrove

By National Geographic Indonesia, Kamis, 28 Maret 2019 | 10:41 WIB
Belajar langsung ke lapangan. (Amri Rachman)

Kelompok murid SDN Paoman IV tidak kalah bersemangat. Sambil berlarian, delapan murid laki-laki itu berpindah-pindah lokasi. “Tugas kami membuat laporan hasil pengamatan flora dan fauna di arboretum,” ucap mereka kompak.

Membaur dengan alam. (Amri Rachman)

Setelah menyelesaikan tugas, para murid kemudian membentuk barisan. Secara bergantian, mereka menyanyikan lagu dan yel-yel yang berkaitan dengan bakau. Salah satunya seperti lagu “Lagi Syantik” yang liriknya diubah menjadi lirik bakau. Seru. Penuh semangat dan kegembiraan.

“Yuk, sekarang kita kumpul di sana,” kata Makrus, Bendahara Kelompok Pantai Lestari dan guru SDN Pasekan 1 sambil menunjuk ke arah gazebo. Letaknya tidak jauh dari bibir pantai. Di gazebo yang terbuat dari kayu itu, para rombongan beristirahat sembari menikmati makanan ringan.

Sekitar pukul 10.30 WIB, kegiatan belajar mengajar kembali dilanjutkan. Rombongan murid dan guru Sekolah Mangrove berjalan menyusuri pantai Karangsong menuju lokasi ekowisata. Tepat di depan sebuah gazebo berukuran besar, mereka berhenti.

Di bangunan dua lantai itu, para murid membentuk lingkaran. Masing-masing perwakilan sekolah memaparkan tugas yang telah dikerjakan. Ada yang lantang, ada juga yang malu. Sesekali, murid pemalu itu tersipu sembari melihat ke arah guru. “Jawabannya benar semua,” kata Mumun, guru SDN Singaraja 1, diiringi tepuk tangan para murid.

Gapura Arboretum Mangrove. (Amri Rachman)

Selesai pemaparan, Makrus menginstruksikan murid-murid untuk bermain di sekitar ekowisata. “Asyik,” teriak mereka. Sejurus kemudian, mereka berhamburan. Ada yang bermain ayunan, perosotan, dan berlarian. Ada pula yang duduk sambil melihat pemandangan. “Senang sekali bisa ke sini. Kita bisa belajar sambil bermain,” kata Firna Aulia, murid SDN Pasekan 1. “Iya, kita juga bisa tahu macam-macam hewan dan tumbuhan,” sahut Eva Kurneva yang duduk di sebelah Firna.

Baca Juga : Atasi Kekumuhan, Warga Desa Doudo Ubah Sampah Jadi Sesuatu yang Bernilai

Sudah 30 menit waktu yang diberikan berjalan. Sekitar pukul 11.30 WIB, semua murid berkumpul dan membuat barisan. Kali ini, Yayan yang memberi arahan. Ditutup dengan berdoa, kegiatan belajar mengajar di Arboretum Mangrove pun selesai. Para murid kemudian menuju dermaga dengan menyusuri jalan setapak yang terbuat dari anyaman bambu. Suasana begitu rindang lantaran dikelilingi berbagai tanaman mangrove. Tak ada gurat lelah yang terpancar di wajah murid-murid Sekolah Mangrove itu.

Penulis: Agus Wahyudi