Jatuh Bangun Kembangkan Bengkel Hingga Menjadi Wirausaha Inspiratif

By National Geographic Indonesia, Jumat, 29 Maret 2019 | 10:00 WIB
Novin Purwanto tengah berbagi pengetahuan. (Rosa Panggabean)

Nationalgeographic.co.id - "Saya ingin membuka kursus motor, jadi anak-anak yang mau magang tidak perlu cari-cari sampai ke luar kota."

Kalimat itu terlontar di tengah-tengah percakapan kami saat mampir untuk mengisi angin di sebuah bengkel di pinggir jalan di Blora. Mengejutkan, walaupun sebenarnya tidak terlalu aneh terucap dari mulut pria berusia 34 tahun tersebut.

Novin Purwanto bukan montir biasa-biasa saja. Lulusan SMK Migas ini memiliki visi dan misi sebagai pemilik bengkel di Cepu. Dengan membuka bengkelnya, dia memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya dan sekaligus mendorong anak-anak muda lainnya untuk giat berwirausaha. Novin ingin anak-anak muda di kotanya menjadi pribadi yang mandiri secara ekonomi.

Perbengkelan adalah salah satu usaha yang memiliki prospek bagus menurutnya. Lokasi Cepu sendiri terletak di Kabupaten Blora, dan merupakan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia jadi jalur panas lewatnya kendaraan-kendaraan bermotor yang menghubungkan kota-kota besar, seperti Surabaya, Purwodadi, dan Semarang.

Baca Juga : Kampung Sayur Hingga Aloe Vera, Uniknya Cara Warga Doudo Manfaatkan Pekarangan Rumah

Polusi suara dari jalanan menjadi bukti yang tidak bisa dimungkiri. Kami sering harus berdiam sejenak sebelum melanjutkan obrolan santai lantaran kendaraan-kendaraan, seperti motor, mobil, dan truk tidak henti-henti melaju kencang di Jalan Blora, pula bersuara bising khas mesin bermotor yang kurang terawat.

Februari silam, Cepu dicanangkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dalam rencana tata ruang wilayah nasional. Imbasnya, kota yang terkenal dengan industri minyak dan gas ini, mendapatkan sejumlah pembangunan infrastruktur berskala nasional, seperti Lapangan Terbang Ngloram dan Jalan Nasional Rembang-Cepu.

Sebelum itu, kota ini sudah ramai dengan kegiatan industri minyak dan gas. Cepu, bersama Bojonegoro dan Tuban adalah bagian dari kawasan pertambangan migas Blok Cepu sejak September 2005.

Sayangnya, dari sisi transportasi keramaian ini tidak diantisipasi dengan angkutan dalam kota yang memadai dan menjadi penghubung titik-titik pemukiman. Tren memiliki kendaraan pribadi, utamanya motor, tidak bisa dihindari. Hal ini menjadikan usaha perbengkelan muncul sebagai salah satu potensi wirausaha yang patut dipertimbangkan di Cepu.

Novin melihat potensi ini. Ia berkecimpung dalam dunia otomotif sejak tahun 2005, dan bergabung di dealer motor sejak 2009. Empat tahun kemudian dia memutuskan untuk membuka usaha bengkelnya sendiri, Ipung, diambil dari nama adiknya.

Dua tahun ia menjalani dunia perbengkelan sebagai seorang pelaku bisnis, tidak lantas mengantarnya menuju kesuksesan.

Matanya meredup kala bernostalgia membayangkan masa-masa kelamnya saat itu. Bengkelnya sepi, sedangkan kebutuhan sehari-hari tidak berhenti. Ia bahkan sudah siap berganti mata pencaharian lain, walaupun akhirnya para pelanggan setianya menariknya kembali ke dunia yang sesungguhnya memang ia gemari. Semangat barunya terejawantahkan dengan mengganti nama bengkel menjadi Cahaya Baru Motor.

Harapan tumbuh dari kedekatan emosional

Novin Purwanto. (Rosa Panggabean)

Pelanggan sudah menjajal kualitas kerja Novin. Mereka mencarinya, karena sudah percaya.

Kepercayaan pelanggan inilah yang membuat Novin mengambil selangkah lebih maju daripada bengkel pada umumnya. Ia menyediakan penjemputan motor sebagai salah satu servis tambahan di bengkelnya. Ia sebenarnya melakukan ini untuk mempermudah pelanggannya dan memberi harga yang sama dengan servis yang langsung dilakukan di bengkelnya. Dedikasi ini sudah dilakukan sejak kerja di dealer, dan masih dilakukan sampai sekarang.

“Pelanggan malah menyarankan untuk menarik ongkos penjemputan buat tambahan uang bensin,” tutur Novin sembari tersenyum, sederet gigi putih terlihat kontras dengan kulit gelapnya.

Memberikan layanan penjemputan motor dan bahkan servis ringan langsung di tempat pelanggan, atau service on delivery, adalah kiat jitu Novin untuk menjalin kedekatan emosional dengan pelanggannya yang akhirnya pun makin susah berpindah ke lain bengkel.

Baca Juga : Jaich Maa, Rumah Bagi Ekosistem Baru di Dasar Laut yang Gelap

Kiat lain Novin untuk membangun kepercayaan dan kedekatan emosional dengan pelanggan adalah dengan mengedukasi pelanggan tentang produk yang digunakan dan menggunakan produk-produk asli, misalnya pelumas Enduro yang jadi andalan Pertamina. Adanya spanduk resmi dan plang nama bengkel dari Pertamina membantu Novin dalam meyakinkan pelanggan bahwa ia memang menggunakan pelumas yang tidak dioplos.

Baru 5 tahun berdiri, Cahaya Baru Motor kini per bulannya bisa melayani sekitar 115 pelanggan, dan meraup keuntungan dari jasa servis sekitar 3,5 juta per bulan. Angka ini di luar keuntungan dari layanan lainnya, seperti penjualan oli atau pelumas. Novin mengaku penjualan oli bisa mendongkrak pendapatannya, apalagi oli untuk mesin motor matic.

Menginspirasi dan terinspirasi

Bengkel rintisan Novin membuka kesempatan magang bekerja sama dengan beberapa SMK setempat.

Kali ini ada 3 siswa SMK PGRI Cepu yang sedang mengikuti magang. Fery, salah satunya, mengungkapkan kalau magang ini menunjukkan perbedaan praktik di lapangan dari di kelas. Ia punya minat dalam dunia otomotif, walau tak berniat menjadikannya sebagai mata pencaharian utama kelak. Rian, siswa magang lain, menyebutkan pengalaman ini berharga, karena ia akan membuka bengkel sendiri setelah lulus.

Sebelumnya, Novin juga sempat menampung 3 orang siswa magang dari Enduro Student Program (ESP) di Bojonegoro, Tuban, dan Blora dari Sales Region V Pertamina Lubricants selama satu setengah bulan. Bengkel milik Novin terpilih sebagai mitra binaan.

PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu kemudian memberikan apresiasi dengan berbagai perbaikan terhadap fasilitas dan pemberian peralatan bengkel.

ESP berupa pelatihan mekanik, non-mekanik, dan magang untuk alumni siswa SMK yang minat di dunia otomotif. Program ini bertujuan untuk menciptakan wirausahawan bengkel sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang memiliki visi Creating Shared Value (CSV). Maksudnya, baik dari pengampu program ke target dan sebaliknya, saling memberi nilai tambah satu sama lain.

Baca Juga : Berolahraga di Tanjung Lesung, Wisata Sambil Mengolah Tubuh

Dari magangnya siswa ESP, Novin bisa dikatakan sukses menginspirasi dua dari tiga orang siswa magangnya untuk membuka usaha bengkel sendiri, seperti tujuan utama dari ESP, yakni menciptakan wirausaha bengkel.

Pemilik bengkel yang berharap dapat segera membuka tempat kursus perbengkelan ini pun mengaku kalau ia yang merupakan pelaku praktek bengkel merasa terbantu dengan kehadiran siswa magang ESP. Pengetahuan dan teori yang didapatkan siswa magang selama program, turut membantu Novin yang selama ini langsung terjun di dunia otomotif dengan bermodalkan ilmu yang dulu didapatnya dari SMK Migas.

“Tapi untuk sekarang saya mau memajukan bengkel dan fokus dengan penjualan oli dulu,” tutup Novin dengan optimis.

Mimpi Novin membuka bengkel mungkin sudah tercapai, tapi ia masih memiliki banyak mimpi lain yang harus diraih untuk mencapai visi dan misinya membangun pemuda Cepu yang mandiri secara ekonomi.

Penulis: Ellen Saputri Kusuma