Perang Dunia Kedua dan Takdir 'Sophie Rickmers' di Ujung Sumatra

By Mahandis Yoanata Thamrin, Kamis, 16 Mei 2019 | 15:25 WIB
Geladak kapal uap Sophie Rickmers. Kapal kargo berbendera Jerman ini ditinggelamkan oleh awaknya di perairan Pulau Weh. (Ahmad Surya Ramadhan)

Hingga hari ini, lebih dari 70 tahun kemudian, Sophie masih bersemayam tenang di Teluk Pria Laot. Pada paruh kedua 2014, persemayamannya terusik oleh rencana Pemerintah Kota Sabang yang berniat mengangkat bangkainya. Namun, pada awal Desember rencana itu batal karena desakan warga seantero Indonesia yang berpadu dalam petisi daring. Sophie selamat demi alasan ekonomi nelayan, wisata laut, pelestarian lingkungan, dan sejarah.

“Saya setuju tidak diangkat,” ujar Shinatria Adhityatama dari Pusat Arkeologi Nasional, “karena kapal itu masuk dalam rangkaian peristiwa bersejarah Perang Dunia Kedua. Menurutnya, situs Sophie “harus dilestarikan demi kepentingan sejarah dan pariwisata.”

Sejauh ini, demikian menurut  Shinatria, belum ada penelitian resmi dari Balai Arkeologi Medan maupun Pusat Arkeologi Nasional tentang bangkai Sophie. Kendati demikian, sebagai seorang yang berhobi menyelami bangkai kapal, beberapa tahun silam Shinatria pernah menyambangi kapal Jerman itu di kedalaman 45-62 meter. “Masih banyak piring-piringnya di sana,” ungkapnya. “Wreck-nya masih relatif utuh. Bagian-bagian kapalnya masih jelas.”

Saat ini Shinatria tengah mendorong penetapan benda cagar budaya di bawah laut Indonesia. Dia miris dengan keadaan bangkai tinggalan Perang Dunia Kedua yang rentan pencurian. Kendati Sophie belum masuk dalam senarai cagar budaya, ungkapnya, seharusnya dia bisa diperlakukan sebagai cagar budaya karena usianya dan punya latar belakang sejarah.

Sophie Rickmers beruntung bisa selamat untuk hari ini. Namun, siapakah yang bisa menjamin bahwa persemayamannya tetap lestari pada esok pagi?