Kata ndasmu sendiri merupakan umpatan terkasar dalam bahasa Jawa. Ndas merupakan kata benda level terbawah untuk menggantikan kata kepala. Diatas kata ndas ada sirah (untuk level orangtua) dan mustoko(level untuk sastra dan konteks keraton). Dan kata ndas sendiri merupakan 'kepala' yang diperuntukkan untuk hewan. Contohnya adalah ndas pitik (kepala ayam) atau ndas kebo (kepala kerbau). Tidak lazim dan tepat menyematkan kata sirah untuk ayam, sirah pitik.
Address level kata 'kepala' dalam bahasa Jawa ini merupakan social deixis dalam ranah sosiolinguistik. Kata ganti nomina untuk kepala ada ndas untuk hewan, sirah untuk orangtua, mustoko untuk sastra dan konteks keraton. Begitupun untuk kata ganti orang, kowe untuk kawan, dan panjenengan/njenengan untuk orangtua dan orang asing, Sistem pemilihan level kata ini disebut unggah ungguh boso dalam bahasa Jawa.
Jika tidak ingin dicap 'tidak sopan' di Jawa Tengah/Timur, hati-hati dengan penggunaan diksi Basa Jawa. Kehati-hatian ini tercermin jelas dalam axioma Jawa Ajining diri ono ing lati, ajining rogo ono ing busono. Jika diterjamahkan ke Bahasa Indonesia berarti martabat diri ada di lidah, dan martabat raga ada di busana. Mirip sekali dengan peribahasa Indonesia, mulutmu harimaumu. Jika berucap salah atau tidak tepat, tak ayal akibat negatif bisa didapat.
Dan penggunaan ndasmu untuk reply sebuah tweet yang sejatinya nasihat dari ulama yang dihormati, adalah salah. Dan dalam hal ini, jika kearifan lokal masih dipegang teguh, berucap kasar seperti tadi tidak bisa dibiarkan. Wajar jika orang-orang yang kenal dan hormat kepada Gus Mus naik pitam. Bukankah diskusi menyoal amali ibadah bisa didiskusikan dengan baik. Daripada melempar umpatan yang berakibat tidak baik."
Nah, membaca karya itu, yuk kita kembali bijak dalam memilih kata.