Louis Pierre dan Louis Dauphin, Priyayi Makassar dalam Legiun Prancis

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 26 April 2019 | 20:52 WIB
Louis XIV dijuluki juga sebagai Raja Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang Agung (Louis le Grand atau Le Grand Monarque). Lukisan karya Hyacinthe Rigaud pada 1702. (Hyacinthe Rigaud/Museum Louvre)

Baca juga: Adakah Hubungan Antara Salatiga, Arthur Rimbaud, dan Soekarno?

Gereja Saint-Louis de Brest sebelum hancur pada 1944 karena Perang Dunia Kedua. Di sinilah makam Daeng Tulolo, Sang Louis Dauphin Makassar. (www.archives-finistere.fr)

Masa-masa keemasan kedua ningrat itu kian mendekati akhir. Pada 1707, Daeng Ruru bertugas di sebuah kapal yang menyergap kapal-kapal militer Belanda dan membantu armada Spanyol untuk memerangi Inggris di Havana. Ironisnya, Pada 19 Mei 1708 Daeng Ruru tewas karena perkara yang tidak jelas. 

Sementara itu, Daeng Tulolo yang karirnya mentok berpangkat letnan muda, melanjutkan dinasnya di sebuah kapal India. Dia wafat 30 November 1736. Beberapa kolega angkatan laut menghadiri penghormatan terakhir kepada Sang Louis Dauphin Makassar. Suatu kehormatan, keturunan raja-raja Makassar itu dimakamkan di tempat terhormat dalam Gereja Saint-Louis de Brest, barat laut Prancis.

Pada 1944, kecamuk Perang Dunia Kedua menghancurkan Kota Brest, termasuk gereja itu. Pascaperang, sekitar 1950-an, gereja itu dibangun kembali. Hingga kini belum ada laporan nasib makam Daeng Tulolo di gereja baru Saint-Louis de Brest. Apakah makamnya turut hancur atau masih lestari?

Demikianlah kisah dua bangsawan asal Tanah Daeng yang mengembara hingga ke Prancis. Tampaknya hubungan antara orang Prancis dan orang Indonesia sudah terjalin sejak ratusan tahun silam.