Nationalgeographic.co.id— “Jawa pernah dijuluki lumbung padi dari timur karena melimpahnya jumlah beras yang dihasilkannya,” ungkap John Joseph Stockdale, seorang penulis asal Inggris.
“Pulau-pulau lainnya hanya menghasilkan sedikit beras atau tidak sama sekali, kecuali Celebes yang memasok kebutuhan pokok ini ke Amboyna.”Pada 1767, Jawa telah memasok sebanyak 14.000 ton beras untuk kebutuhan pangan di Batavia, Ceylon, dan Banda. “Beras merupakan komoditi kedua di Jawa,” Stockdale memaparkan, “dan komoditi ini dihimpun dalam jumlah besar, khususnya di kawasan kerajaan Jawa.”
Baca Juga : Fakta Tinta Ungu Pemilu: Dipelopori India dan Mengandung Perak NitratKomoditi primadona ketiga adalah gula. Pada 1768 Batavia dan sekitarnya mampu menghasilkan 5.897 ton. Sebagian diekspor ke India—daerah Surat dan pesisir malabar—dan sisanya ke Eropa. Umumnya penggilingan tebu dimiliki oleh warga Cina.Kopi merupakan tanaman unggulan yang keempat. Perkebunan kopi, menurut Stockdale, berada di Cirebon dan Batavia. Dia menyebut Gubernur Jenderal Zwaardkroon sebagai seseorang yang memperkenalkan dan mendorong perkebunan kopi secara besar-besaran sehingga bisa berada di tengah masyarakat Jawa. Pada 1768, Batavia menjual kopi sejumlah 2.025 ton kepada VOC.Selanjutnya, benang katun menjadi megabintang yang kelima dalam perdagangan antara Jawa dan VOC. Umumnya dipintal di daerah pedalaman Jawa. Kawasan Batavia dan sekitarnya menghasilkan benang katun sebanyak 7 ton.
Lalu, apa komoditi lain yang menjadi adibintang pertama di Jawa? Lada. Tanaman rempah-rempah tumbuh subur di sisi barat Jawa. Di Kesultanan Banten menghasilkan lada rata-rata dalam setahun sebesar 2.721 ton untuk VOC. Lada dari kawasan ini kualitasnya sama baiknya dengan lada di pesisir Malabar. Selain dari Jawa, VOC mendapatkan komoditi ini dari Palembang dan Borneo.Selama 1778, Batavia telah mengekspor berbagai komoditi unggulan di Jawa dalam jumlah besar ke Negeri Belanda, termasuk permen jahe sejumlah 4,5 ton! Stockdale mengompilasi informasi tersebut dari berita-berita yang dihimpun jelang penyerbuan Inggris secara besar-besaran ke Jawa. Hasilnya sebuah buku berjudul Sketches, Civil, and Military, of the Island of Java and Its Immediate Dependencies, terbit di London pada 1811.
Baca Juga : Hikayat Rumah Perdesaan Milik Petinggi VOC di Palmerah
Bagaimana keadaan padi Jawa saat ini?
Produksi lada di Banten hanya mencapai 176 ton pada akhir 2017, atau sekitar 6,5 persen dari produksi akhir abad ke-18.
Kabar baiknya, berdasar rilis Badan Pusat Statistik pada September 2018, Jawa masih menjadi lumbung padi nasional meskipun luas lahannya kian menyusut. Jumlah total produksi padi pada enam provinsi di Jawa masih mendominasi produksi nasional. Besarannya mencapai 28,08 juta ton atau 56 persen dari produksi nasional. Kendati demikian, berbeda dengan era VOC, kini kita menjadi pengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional.