Ketoprak Jawa Pernah Dibunuh Dua Kali

By Mahandis Yoanata Thamrin, Sabtu, 4 Mei 2019 | 09:00 WIB
Adegan tawur atau perang menjadi daya tarik pemirsanya. Pemain ketoprak membutuhkan kekuatan otot dan nyali. Tidak seperti tayangan film atau sinetron, sedikit lengah badan pemain pun memar. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

“Satu-satunya corong paling cerdas dan mudah ditangkap masyarakat adalah ketoprak,” ungkapnya.

Baca juga: Seberapa Banyak Jalan Ki Hajar Dewantara di Indonesia?

Kristian menjelaskan fenomena modernisasi ketoprak yang terjadi periode 2000-an. Dalam tayangan media televisi ketoprak kadang tidak lagi menggunakan tembang-tembang klasik, atau bahkan merubah alur dengan menempatkan dagelan sebagai pembuka.

Berkembangnya modernisasi ketoprak itu juga karena pengaruh media televisi bermodal kuat yang mampu mendatangkan artis dalam ketoprak. “Kesenian itu sudah tidak diminati oleh masyarakat,” ujarnya, “tetapi bagaimana peran media membangkitkan semangat ketoprak di masyarakat.”