Nationalgeographic.co.id - Jalan KS Tubun, Jakarta Barat, ditutup imbas perusakan dan pembakaran terhadap sejumlah area di Asrama Brimob, Rabu (22/5) pagi. Massa juga terlihat masih melempar batu, botol kaca, hingga bom molotov kepada polisi.
Sebelumnya, seperti dilansir dari Kompas.com pada Selasa (21/5), polisi mengamankan 56 orang yang berada di tiga mobil Elf di Jembatan Surabaya-Madura. Di dalam salah satu mobil tersebut, polisi menemukan sebanyak empat rangkaian diduga bom molotov.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan mengatakan, rombongan tersebut hendak ikut aksi 22 Mei di Jakarta.
Baca Juga: Was-was dengan Aksi Unjuk Rasa 22 Mei? Pantau Kondisinya Lewat CCTV
Berbicara tentang bom molotov, itu merupakan senjata yang terbuat dari botol berisi bensin, alkohol, atau cairan mudah terbakar lainnya, kemudian ditambah sumbu berupa tali atau kain. Sebelum dilemparkan ke arah sasaran, sumbu dibakar terlebih dahulu.
Dan saat botol pecah setelah dilempar, api akan segera merambat dan menyebar karena penguapan bensin atau alkohol di dalamnya.
Bom molotov diyakini muncul pertama kali di Perang Saudara Spanyol pada 1930-an. Saat itu, para pejuang Republik melemparkan bahan peledak itu ke tank-tank milik pasukan Nasionalis.
Bahan awal yang digunakan adalah campuran tar, etanol, dan gasolin yang dimasukkan ke dalam botol bir–menciptakan senyawa yang lengket dan mudah terbakar. Potongan kain yang sudah direndam minyak kemudian dimasukkan ke dalam mulut botol agar bertindak sebagai sumbu.
Meski sudah ada sejak Perang Saudara Spanyol, tapi penggunaannya semakin masif di awal Perang Dunia II. Tepatnya ketika pasukan Soviet menyerang Finlandia dalam peristiwa yang kerap disebut "Perang Musim Dingin".