Kenali Emboli Paru, Penyakit yang Sebabkan Istri Wakil Wali Kota Ambon Meninggal Dunia di Belanda

By , Selasa, 11 Juni 2019 | 07:47 WIB
ilustrasi penyakit paru-paru ()

Nationalgeographic.co.id - Kabar duka datang dari Amsterdam, Belanda. Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengabarkan, istri Wakil Wali Kota Ambon Syarif Hadler, Iffa Karlina Syarif meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Kota Amsterdam, Belanda, Senin (10/6/2019).

Menurut Richard, dari keterangan dokter di rumah sakit itu, Iffa jatuh pingsan dan akhirnya meninggal dunia di rumah sakit disebabkan karena almarhumah mengalami penyumbatan pada paru-paru atau dalam istilah medis disebut pulmonary embolism atau emboli paru-paru.

“Itu bisa terjadi, salah satu penyebabnya adalah sirkulasi darah tidak terlalu lancar, akibat dari pada pengentalan darah,” ujar Richard, melalui video conference kepada para pejabat pemerintah Kota Ambon, para camat dan lurah di Balai Kota Ambon, Senin malam.

Baca Juga: Menyembuhkan Paru-paru yang Rusak Akibat Merokok, Mungkinkah?

Paru-paru manusia. (Getty Images/iStockphoto)

Richard mengatakan, selain penyumbatan pada paru-paru, dari pemeriksaan dokter, almarhumah juga didiagnosa memiliki sejumlah indikasi yang menyebabkan kondisinya semakin kritis hingga akhirnya meninggal dunia. “Ada beberapa indikasi yang juga menjadi keprihatinan. Antara lain misalnya, gangguan dan kelemahan pada syaraf otak yang juga akan berdampak besar pada kondisi dari Ibu Iffa,” ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, Iffa meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Amsterdam sekira pukul 12.20 waktu setempat. Sebelum meninggal dunia, istri Wakil Wali Kota Ambon itu sempat jatuh pingsan di Bandara Schipoll, Amsterdam pada Sabtu (8/6/2019).

Baca Juga: Mengenal Pneumonia, Penyakit Radang Paru-paru yang Diderita Stan Lee

Sambil didampingi Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy dan istrinya,Wakil Wali Kota Ambon tampak bersedih dan mencium tangan istrinya yang wafat di sebuah rumah sakit di Amsterdam Belanda, Senin (10/6/2019) (Foto dok Humas Pemkot Ambon)

Kenali emboli paru-paru

Dalam karya tulisnya yang diterbitkan oleh Intisari,dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), DTM&H, MARS & dr. Ratnawati menjelaskan, paru-paru merupakan salah satu organ tubuh yang menjadi tempat masuknya oksigen (O2) yang sangat berguna bagi tubuh, serta keluarnya karbon dioksida (CO2) yang merupakan "sampah" yang bisa membahayakan. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida terjadi di sana. Artinya, seluruh darah di dalam tubuh kita pasti melewati paru-paru untuk membuang CO2 yang tidak lagi berguna dan menerima O2 yang segar.

Ada dua jenis pembuluh darah di paru-paru, yakni arteri atau pembuluh darah yang membawa O2 keluar dari paru-paru dan pembuluh vena (pembuluh balik) yang membawa CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paru untuk kemudian dibuang.

Tidak heran kalau organ tubuh yang satu ini sangat kaya akan pembuluh darah. Di satu pihak ini menguntungkan sebagai tempat proses pertukaran gas, tetapi di sisi lain paru-paru memiliki risiko terjadinya penyumbatan aliran darah.

Baca Juga: Peneliti Temukan Fosil Paru-paru Burung Purba Dari 120 Juta Tahun Lalu

Diagram paru-paru manusia. | Patrick J. Lynch/Wikimedia Commons (Abiyu Pradipa)
 

Emboli kecil dan besar

Terjadinya emboli paru-paru bisa hanya sebagian saja, tetapi bisa juga secara total, akibat berpindah atau bergeraknya suatu bekuan (gumpalan) dari aliran darah. Bahan yang tidak larut dan masuk ke dalam aliran darah menuju paru-paru itu dikhawatirkan bisa menyangkut di paru-paru. Emboli kecil sebenarnya sering terjadi namun tidak diketahui oleh pasien maupun dokter yang memeriksa karena tidak terasa.

Sebagian besar kasus emboli disebabkan oleh terlepasnya serpihan pembuluh darah balik yang letaknya di tungkai bawah, daerah rongga panggul, dan jantung kanan. Penyebab lain bisa juga terjadi akibat emboli lemak, udara, dan cairan air ketuban serta emboli lain yang tidak diketahui penyebabnya.

Orang akan lebih mudah terkena emboli paru-paru saat sedang berada dalam kondisi risiko tinggi, misalnya dalam keadaan imobilisasi (pasien diminta tidur diam atau tidak bergerak untuk jangka waktu lama) sehabis operasi dan atau patah tulang.

Namun, perlu diketahui, pasien tidak diperkenankan makan sehabis operasi sebelum mengeluarkan gas (kentut) tidak ada kaitannya langsung dengan emboli paru-paru. Puasa setelah operasi tidak lain diperlukan untuk menunggu kembalinya aktivitas usus yang ikut "tertidur" setelah tertekan oleh obat-obat anestesi. Bila usus yang belum berfungsi normal sudah diisi dengan makanan, pasien bisa sakit perut.

Yang juga memiliki risiko tinggi terkena emboli adalah mereka yang mengalami penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah balik, penyakit jantung kongestif, shock akibat perdarahan hebat, serta dehidrasi. Keadaan ini akan semakin berat pada usia yang lebih lanjut atau pada orangyang kegemukan.

Pada penyakit polisitemia vera (kelainan unsur sel sumsum tulang dengan akibat terjadi penambahan jumlah total sel darah merah), penyakit sikel sel (sel darah merah abnormal berbentuk bulan sabit), penyakit keganasan, serta adakalanya pada ibu hamil, bila terjadi peningkatan pembekuan darah dalam pembuluh darah secara abnormal, juga akan mudah terjadi emboli. Selain itu emboli paru-paru bisa terjadi karena kerusakan dinding pembuluh darah akibat trauma atau peradangan, sehingga bekuan darah mudah melekat pada dinding pembuluh darah. (dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), DTM&H, MARS & dr. Ratnawati - Kumpulan Artikel Kesehatan 7)