Bung Karno Enggan Istilah Silaturahmi, Ulama Pendiri NU Ini Sorongkan Halal Bi Halal

By , Selasa, 11 Juni 2019 | 15:06 WIB
Foto bersama keluarga Megawati Soekarnoputri dengan AHY dan Ibas, Rabu (5/6/2019) (Instagram/@puanmaharani)

Nationalgeographic.co.id - Lebaran tiba, umat Muslim bergembira. Di Indonesia, kita telah lama mendengar istilah halal bi halal, yang merujuk pada silaturahmi kepada keluarga dan kolega pada saat perayaan Lebaran.

Lantas dari mana istilah halal bi halal itu muncul?

Menurut KH Masdar Farid Mas’udi, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dalam karya tulisnya yang dimuat dalam situs web Nahdlatul Ulama, Penggagas istilah halal bi halal ini adalah KH Abdul Wahab Chasbullah. Ceritanya begini: Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII, PKI Madiun.

Baca Juga: Bung Karno dan Sate Sebagai Penyambung Lidah Rakyat Asia-Afrika

Silaturahmi Lebaran, Megawati Swafoto dengan Keluarga SBY, Ini Videonya! (Kompas.com)

Pada 1948, yaitu di pertengahan bulan Ramadan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi.

Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

Baca Juga: Tan Hong Boen dari Tegal, Penulis Pertama Riwayat Hidup Bung Karno

Soekarno sedang sholat Ied. (Tribun Jatim)

"Itu gampang", kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah 'halal bi halal'", jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul 'Halal bi Halal' dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.

Baca Juga: Siapakah Sang Penulis Pidato Bahasa Inggris Pertama Bung Karno?