Perempuan-perempuan yang Memegang Rahasia Mutu Tembakau Deli

By National Geographic Indonesia, Senin, 15 Juli 2019 | 14:56 WIB
(Feri Latief)

(Feri Latief)

“Kami ada rencana [tembakau] tidak dijual ke Bremen, Jerman, lagi, tapi kami ingin membuat cerutu,” jelas Sayuti, 51 tahun, manajer gudang pemeraman. PTPN 2 tidak akan menjual bahan mentah lagi tetapi membangun industri hilir sebagai upaya revitalisasi.

Walau pamornya memudar, tembakau Deli punya posisi penting dalam sejarah tembakau dunia. Menurut Dr. Agus Widiatmoko, Kepala Subdit Penulisan Sejarah Direktorat Sejarah, Kemendikbud, tembakau Deli merupakan satu-satunya varietas tembakau yang tumbuh di Indonesia sebagai tembakau cerutu berkualitas yang digemari di Eropa.

“Penanaman dan pengolahan tembakau Deli sebagai bahan baku cerutu merupakan salah satu dari penghasil cerutu terbaik selain negara Kuba,” terang Agus Widiatmoko.

(Feri Latief)

(Feri Latief)

(Feri Latief)

Tembakau Deli sempat mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-19 dan sempat menguasai pasar dunia terutama di Eropa. Selain itu, menurutnya, pengetahuan budidaya tembakau dan keahlian mengolah tembakau sebagai bahan cerutu berkualitas hanya ada di Indonesia dan Kuba.

“Pengetahuan ini menjadi penting bagi bangsa Indonesia sebagai heritage atau warisan dunia,” ia menambahkan.

Dalam persaingan dan perekonomian global, tembakau Deli layak direvitalisasi dan dipatenkan pengetahuannya sebagai warisan dunia tak benda. Ini bisa mendongkrak daya saing sebagai nilai tambah.

(Feri Latief)

Kawasan Bulu Cina, tempat pengolahan tembakau itu berada, awalnya merujuk pada daerah yang banyak ditumbuhi bambu pagar yang memang dinamakan Buluh Cina. Penamaan ini untuk membedakan jenis bambunya. Karena masyarakat Tionghoa mempunyai kebiasaan menanam bambu berbeda. Mereka menanam satu per satu batang, bukan rumpun sebagaimana lazimnya di Nusantara.