Upaya Para Ilmuwan Ubah Sampah Plastik Menjadi Listrik dan Bahan Bakar

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 16 Juli 2019 | 13:56 WIB
Alat berat meratakan gundukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kampung Jawa, Banda Aceh, Senin (10/6/2019). Dinas Lingkungan Hidup Keindahan dan Kebersihan Kota Banda Aceh menyatakan volume sampah selama bulan ramadhan hingga lebaran Idul Fitri di daerah itu meningkat sekitar 20 ton per hari (ANTARA FOTO/AMPELSA)

Nationalgeographic.co.id - Tidak semua plastik bisa didaur ulang. Untuk mengatasi masalah ini, pihak berwenang dipaksa untuk memusnahkannya dan para peneliti sedang berusaha keras mengembangkan teknologi yang membantu mengurangi sampah plastik. Salah satunya dilakukan para ilmuwan dari University of Chester yang menemukan cara mengubah plastik menjadi listrik dan bahan bakar.

Teknologi yang dikembangkan oleh PowerHouse Energy ini, mengupayakan konversi plastik menjadi listrik dan hidrogen, tanpa ada yang tersisa. Proyek ini disebut dengan W2T (Waste2Tricity) dan menggunakan ruang konversi termal untuk menangani plastik.

Nantinya, plastik akan diuapkan, kemudian melepaskan hidrogen sebagai gas alam sintetis (syngas) yang digunakan untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini menghasilkan residu padat dan cair dalam jumlah rendah tetapi tidak mengandung gas terbuang, yang berarti memiliki emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan metode pembakaran tradisional.

Baca Juga: Menanam Pohon, Cara Paling Efektif dan Murah Atasi Pemanasan Global

Prototipe-nya disimpan di universitas peneliti, tapi perusahaan berencana mendirikan pabrik di Cheshire. Menurut mereka, tidak peduli apa pun jenis plastiknya, mesin pabrik akan tetap mampu mengolahnya. Pihak perusahaan juga berharap inovasi mereka ini bisa dimanfaatkan secara global. 

Sejauh ini, PowerHouse Energy menargetkan negara-negara di Asia Tenggara dan berencana membeli sampah plastik dengan harga 50 dollar AS per ton. Strategi ini diharapkan bisa mengurangi jumlah sampah plastik yang berakhir di TPA atau lautan. 

Baca Juga: Hobi Koleksi Plasma Nuftah, Petani Jawa Barat Ini Buktikan Keberhasilan Budidaya Jagung Warna-warni

"Kami sangat bersemangat menjalankan proyek ini. Teknologi ini mengubah semua limbah plastik menjadi gas sintetis (syngas) rendah karbon dan berkualitas tinggi yang kemudian dapat digunakan untuk menyalakan mesin berbahan bakar gas," papar Profesor Joe Howe dari University of Chester. 

“Produk sampingan dari proses ini adalah listrik. Artinya, limbah plastik tidak hanya dapat mengisi bahan bakar mobil, tetapi juga dapat menjaga lampu tetap menyala di rumah. Ini akan membuat limbah plastik menjadi berharga karena mampu memberi daya pada kota-kota di dunia. Dan yang paling penting, itu dapat membantu membersihkan lautan dari sampah plastik kita," tambahnya. 

Upaya awal dalam perang melawan plastik saat ini masih difokuskan pada pemakaian personal seperti sedotan, tetapi penanggulangan dalam skala besar seperti limbah industri masih terbatas. Oleh sebab itu, pendekatan seperti proyek W2T dapat memengaruhi ekonomi industri dan pencemaran skala besar.