Nationalgeographic.co.id – Menurut laporan terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Endangered Species Research, ada lebih dari seribu hiu dan pari yang terjerat sampah plastik di laut. Para peneliti menyebut masalah ini sebagai “ancaman kesejahteraan hewan”.
Untuk meninjau bagaimana hewan laut seperti hiu dan pari rentan terhadap jeratan sampah, para peneliti menganalisis data serta studi yang sudah ada. Selain itu, mereka juga mengumpulkan laporan mengenai hewan laut yang terjerat sampah plastik melalui Twitter.
Baca Juga: Laporan Terbaru: Suhu Juni 2019 Menjadi yang Terpanas dalam Sejarah
Hasilnya menunjukkan bahwa ada lebih dari seribu yang kerap terjerat. Angka ini cukup tinggi mengingat studi hanya berfokus pada hiu dan pari.
“Salah satu contoh kasus adalah hiu mako sirip pendek yang terjerat tali pancing,” ujar Kristian Parton, pemimpin penelitian tersebut.
“Hiu terus tumbuh setelah terlilit tali pancing sehingga itu menembus kulit kemudain merusak tulang belakangnya,” imbuhnya.
Dari 47 studi yang diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiah, para peneliti menemukan bahwa 16 famili yang mencakup 34 spesies berbeda, terkena dampak limbah manusia.
Secara khusus, hampir 3/4 dari kasus-kasus tersebut, melibatkan “alat pancing yang dibuang, hilang, atau sengaja ditinggalkan di lingkungan laut.
Jaring, perangkap dan jenis alat pancing lainnya kerap menjerat induk maupun bayi hewan laut. Satu dari sepuluh kejadian pasti melibatkan tali polipropilen yang biasa digunakan untuk mengikat produk. Sampah lainnya meliputi kepingan plastik, kantung belanja, dan ban karet.
Baca Juga: Habitatnya Rusak, Populasi Orangutan Kalimantan Semakin Kritis di 2019
Sepanjang penelitian, kasus terjeratnya hiu dan pari ini paling sering terjadi di Samudra Pasifik dan Atlantik, masing-masing sekitar 49% dan 46%.
“Meskipun bukan ancaman utama, tapi kita perlu memahami bagaimana sampah plastik membahayakan spesies hiu dan pari di laut kita,” kata Parton.
Ke depannya, para peneliti akan bekerja sama dengan Shark Trust Record untuk menciptakan forum online yang memungkinkan orang-orang melaporkan kasus terjeratnya hewan laut. Ini dilakukan untuk mengukur risiko keterjeratan serta menemukan hotspot.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR