Siapa Sangka, Cacing Kecil Ini Ternyata Makhluk Paling Berisik di Laut

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 16 Juli 2019 | 14:44 WIB
Ccaing laut (Leocratides kimuraorum). (Isao Hirabayashi dan Ryutaro Goto/Youtube Science Magazine)

Nationalgeographic.co.id - Di balik semua ketenangan yang terlihat dari daratan, laut sebenarnya tempat yang sangat bising. Ada paus bernyanyi, udang pistol yang menghasilkan ledakan sonik, serta gaduh suara ikan.

Namun, tahukah Anda? Suara paling keras ternyata berasal dari spesies cacing yang besarnya bahkan tidak melebihi jari kaki Anda. 

Cacing laut atau Leocratides kimuraorum hidup dalam spons laut di lepas pantai Jepang di kedalaman lebih dari 100 meter. 

Seperti yang dilaporkan pada jurnal Current Biology, sekelompok ahli biologi laut dari Kyoto University dan University of Alberta, menemukan fakta bahwa cacing kecil ini mampu memproduksi suara berisik yang mencapai 157 desibel. 

Baca Juga: Video: Ketika Ikan Pari Meminta Tolong Penyelam untuk Selamatkan Hidupnya

Sebagai perbandingan, pendengaran manusia mulai merasa tidak nyaman di sekitar 110 desibel. Sementara 130 desibel adalah batas tertingginya. Jika melebihi angka tersebut, pendengaran akan sakit dan rusak. 

Suara singa meraung mencapai 114 desibel dan lengkingan monyet, hewan paling berisik di Amerika, dapat mencapai 140 desibel. Angka ini masih kalah dari si cacing laut. Bahkan, suara mesin jet lepas landas saja hanya mencapai 150 desibel.

Bisa dibilang, suara 157 desibel dari seekor cacing berukuran 29 milimeter sangatlah menakjubkan.

Lalu, bagaimana ia bisa mengeluarkan suara sekuat itu? Para peneliti belum sepenuhnya yakin, mengingat hewan bertubuh lunak tak biasa menghasilkan gertakan yang keras.

Meski begitu, mereka menduga suara tersebut dihasilkan dari kontraksi otot sederhana yang tidak didokumentasikan sebelumnya pada makhluk bertubuh lunak. Kurang lebih menciptakan gelombang tekanan yang mirip dengan jentikkan udang.

"Dari sini, diketahui bahwa invertebrata laut dapat menghasilkan suara keras di bawah air. Namun, cara mereka melakukannya masih menjadi teka-teki biomekanik menarik yang mengisyaratkan biologi ekstrem," ungkap peneliti.